Ledakan yang terjadi di Katedral yang berada dalam Kota Makassar adalah duka kemanusiaan. Sayang seribu sayang kasus demikian masih saja terjadi. Mengejutkan kita semua bahkan mungkin dunia.
Sebagaimana biasa, usai peristiwa terkutuk ini terjadi, beragam informasi beredar luas ke ruang masyarakat. Namun, satu hal yang mestinya kita kawal dalam penanganan kasus ini adalah fokus pada substansi kejadian.
Fokus dalam hal ini adalah benar-benar mengusut pelaku dengan profesional secara hukum. Jika memang ada jaringannya, ya, tuntaskan sampai ke akarnya. Jangan sampai atas kejadian ini muncul lagi stigmatisasi yang mengarah pada pihak atau kelompok tertentu. Tanpa ada bukti yang jelas, pasti dan terang.
Menarik pernyataan yang Menko Polhukam Mahfud MD tuturkan kepada publik.
Baca Juga: Dibalik Jatuhnya Pesawat Sriwijaya
“(Kejadian itu) Bukan merupakan bagian dari perjuangan agama dan tidak mewakili agama apa pun.”
“Ini adalah betul-betul teror, ini adalah musuh kemanusiaan. Kalau pelakunya mengatasnamakan perjuangan agama tertentu, berarti dia telah bergama secara salah. Semua agama itu pro kemanusiaan dan anti terorisme,” kata Mahfud seperti kabar dari bbc.com.
Malah boleh jadi teori Thomas Perry Thomton yang menjelaskan bahwa terorisme itu ada dua jenis yang sebenarnya sedang berlangsung.
Pertama berupa aktivitas “pemberontak” untuk mengacaukan tatanan yang sudah ada untuk memperoleh hak atau kekuasaan.
Kedua, kegiatan orang yang memunyai kekuasaan yang ingin meninas penghalang menuju, mempertahankan, dan atau memperbesar kekuasaannya (Lihat Islam dan Radikalisme di Indonesia, halaman: 9).
Anti Kerusakan
Jika selama ini bom identik dengan teroris yang orang katakan terpapar radikalisme dalam Islam, maka sekarang sudah bukan eranya lagi. Nalar publik mulai terbuka, mudah menangkap referensi yang rasional dan menghubungkannya dengan realitas lapangan.
Melihat sebuah kejadian, hendaknya dengan kacamata yang jernih, sehingga tidak bias dan gagal paham. Manusia tumbuh dan tak bisa lagi makan makanan yang dahulu beracun (palsu).

Islam sebagai ajaran dan agama sangat membenci dan anti terhadap perubatan merusak dan apalagi menimbulkan kerusakan.
Jangankan sampai berupa bom yang merusak banyak hal, tindakan menganiaya binatang saja sudah kejahatan. Islam bahkan menjelskan perbuatan itu akan dapat ganjaran siksa yang tidak ringan, bahkan sampai hukuman neraka.
Rasulullah SAW bersabda, “Seorang perempuan masuk neraka karena mengurung seekor kucing dan tidak memberinya makan juga tidak melepaskannya agar dia mencari makan sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Jadi, amatlah mustahil jika seseorang beragama Islam dengan benar akan menjadi perusak, menjadi teror dan apa pun tindakan yang merugikan nyawa manusia, bahkan hewan sekalipun.
Lebih jauh kala melihat Islam dari sosok figur terbaiknya, yakni Rasulullah SAW kita tidak akan menemukan perilaku buruk. Beliau selalu memberikan kebaikan dan keteladanan untuk seluruh umatnya.
“…dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al-Qalam: 4).
Tuntaskan
Kepada pihak kepolisian kini tangan kalianlah yang menentukan. Keamanan dan penegakan hukum menjadi mandat yang harus kau angkat dengan penuh martabat.
Oleh karena itu, jadikan kejadian terbaru ini sebagai momentum untuk benar-benar mengusut secara tuntas, fokus, dan bermartabat serta tidak menimbulkan keresahan, ketakutan dan ketidakpastian dalam nafas dan gerak masyarakat.
Seperti kala tubuh ada yang sakit atau terluka, tentu penanganan yang kita upayakan adalah bagaimana kondisi itu tidak semakin parah dan menjalar ke bagian tubuh lainnya.
Masalah ini secara profesional adalah tugas kepolisian. Semoga dapat mereka tangani dengan terang, baik, dan tuntas.
Baca Juga: Sukses dengan Mengubah Sudut Pandang
Selanjutnya, jika masalah ini ternyata potensial terjadi lagi pada titik atau tempat lain dan sasaran tertentu sangat baik masalah ini kita hadapi secara sinergis dan kolaboratif.
Para dai, ulama, guru dan elemen masyarakat sangat baik untuk kita libatkan, sehingga proses pencerdasan dapat berlangsung dalam berbagai sentra kehidupan masyarakat.
Dengan demikian ketidakcerdasan bahkan gagal paham dalam beragama bisa sama-sama penting kita antisipasi, sehingga kasus demi kasus bom yang terjadi ke depannya tidak lagi hanya melahirkan stigmatisasi, tetapi solusi dan penanganan secara menyeluruh. Semoga.
Mas Imam Nawawi_Ketua Umum Pemuda Hidayatullah


