Mas Imam Nawawi

- Kajian Utama

Tegas Membagi Waktu

Masalah utama seorang aktivis bukan lagi pada tataran waktu mereka gunakan untuk apa. Akan tetapi sejauh mana mereka mampu tegas membagi waktu. Kata tegas menunjukkan ada kemampuan untuk disiplin dan fleksibel progresif dalam memanfaatkannya. Hal ini karena problem dan waktu kerja aktivis berbeda dengan karyawan atau profesional dalam beragam bidang. Jadi, harus benar-benar ada ketegasan, […]

Tegas membagi waktu

Masalah utama seorang aktivis bukan lagi pada tataran waktu mereka gunakan untuk apa. Akan tetapi sejauh mana mereka mampu tegas membagi waktu. Kata tegas menunjukkan ada kemampuan untuk disiplin dan fleksibel progresif dalam memanfaatkannya.

Hal ini karena problem dan waktu kerja aktivis berbeda dengan karyawan atau profesional dalam beragam bidang. Jadi, harus benar-benar ada ketegasan, setidaknya agar apa yang telah terdeadline benar-benar dapat mereka tuntaskan dengan baik.

Bukan saja urusan-urusan keaktivisan dan pencerahan umat, tetapi juga yang dimensinya ibadah vertikal, pembagian waktunya harus tegas. Ini memang indah kalau kita diskusikan. Namun praktiknya ini bukan perkara mudah dan biasa.

Baca Juga: Kehancuran Besar, Kapan Terjadi?

Imam Adz Dzahabi menyebutkan bahwa Muhammad bin Bisyr Al-‘Akri dan selainnya berkata, telah bercerita pada kami Ar-Rabi’ bin Sulaiman, ia berkata, “Imam Syafi’i membagi waktu malamnya menjadi tiga: sepertiga malam pertama untuk menulis, sepertiga malam kedua untuk shalat (malam) dan sepertiga malam terakhir untuk tidur.”

Imam Adz-Dzahabi menyebutkan, “Tiga aktivitas beliau ini diniatkan untuk ibadah.” Nah, apakah kita bisa setegas itu?

Bagaimana dengan Sebagian Kita?

Sekalipun kaum Muslimin memiliki figur tak tertandingi, yakni Nabi Muhammad SAW kerap kali waktu masih kita pandang remeh. Ini bisa kita buktikan dengan seringnya waktu luang kita gunakan untuk bermain game, main game bareng, bahkan fenomena seperti ini bisa menimpa milenial yang telah berumah tangga.

Sebuah fakta sampai kepada saya ada sepasang suami istri yang kalau ada waktu luang, selalu mereka gunakan untuk main game online bersama. Mereka melakukan itu bahkan bukan lagi pada waktu luang, waktu kapan saja mereka merasa ingin bermain, mereka pun meninggalkan semua tanggung jawab. Yang penting main.

Akibatnya stamina tubuh tidak stabil, mudah mengantuk, gampang tidur, dan sering tidak konsentrasi penuh kala mendengar arahan-arahan penting.

Fenomena ini memang sudah sangat umum, sampai-sampai WHO pun menyatakan bahwa kecanduan game sebagai penyakit gangguan mental.

Baca Juga: Politik, Beras dan Jati Diri Bangsa

tegas dan baiklah dalam memanfaatkan waktu
waktu harus digunakan dengan baik dan tegas

Indikasinya kalau sudah ada gangguan kontrol untuk melakukan permainan tersebut, sudah tidak bisa mengendalikan diri. Kemudian tidak ada yang prioritas kalau ada waktu luang selain memainkan permainan, lupa dengan aktivitas yang seharusnya diutamakan. Selanjutnya intensitas bermain yang terus meningkat, 3 jam, 6 jam, hingga hampir setengah hari digunakan untuk bermain game. Puncaknya orang itu akan mengalami gangguan dalam interaksi dengan keluarga, sosial, pendidikan dan area penting lainnya.

Belajar dari Umar bin Abdul Aziz

Dalam penutupan Rapat Kerja Nasional Hidayatullah 20202 di Pesantren Hidayatullah Depok, Ketua Umum DPP Hidayatullah Dr Nashirul Haq, MA sempat menyebut kisah bagaimana waktu amatlah berarti dengan menukil kisah Umar bin Abdul Aziz.

“Kala itu, khalfiah yang merupakan paman dari Umar bin Abdul Aziz wafat. Umar yang merupakan penerus sang khalifah pun mengurus segala keperluan pemakaman. Singkat cerita, Umar merasakan lelah yang luar biasa.

Maka ia memutuskan untuk pulang dan berpesan kepada sang anak. “Nanda, kalau nanti ada yang mencari ayah, sampaikan ayah sedang istirahat (tidur).”

Sang anak ternyata sangat mengerti betul apa makna dan bagaimana seharusnya seorang pemimpin menggunakan waktu.

“Ayah, engkau adalah seorang khalifah. Apakah mungkin ayah akan tidur sedangkan umat membutuhkan. Kemudian siapa yang menjamin kalau nanti ayah akan bangkit dari tidur.”

Mendengar itu, sontak Umar bin Abdul Aziz tidak pernah tidur pada siang hari guna menjalankan amanah kepemimpinan dengan sebaik-baiknya,” ulasnya.

Solusi

Agar hidup kita efektif dan memiliki arti, maka seseorang harus memiliki ketegasan dalam membagi waktu.

Sebagai contoh, tidak melakukan aktivitas yang tidak perlu jika telah sholat Isya’ sehingga waktu Tahajjud bisa diisi dengan sebaik-baiknya.

Baca Juga: Belilah Dagangan Pencari Rizki yang Halal

Kemudian mengatur betul pola makan dan pola hidup sehingga badan fit untuk selalu berbuat kebaikan dalam kehidupan.

Termasuk langkah paling penting, cobalah menjaga jarak dari hal-hal yang kurang atau tidak bermanfaat. Jika berhasil sekali dan dua kali, maka berupayalah untuk meninggalkannya, seperti bermain game tadi.

Treakhir, jika ada waktu luang, gunakan sebaik-baiknya untuk menuntaskan kebaikan-kebaikan yang harus kita lakukan atau manfaatkan untuk menambah iman, ilmu dan amal. Semoga Allah berikan keberkahan atas waktu yang kita jalani. Aamiin.

Mas Imam Nawawi Penulis Buku Sabar
Bogor, 16 Jumadil Awwal 1442 H

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *