Pagi itu cukup cerah. Saya yang sedang menunggu istri membeli sayur, tepat di pinggir jalan, melintas seorang yang tidak lagi muda. Ia memikul barang dagangan berupa keperluan rumah tangga, mulai dari gayung hingga sapu dan lain sebagainya.
Terlihat jelas dari pandanganku, bagaimana beliau merasakan berat, meski demikian beliau tetap melangkah. Lelah pundak kanan, beliau pindahkan ke pundak kiri. Setelah itu kulihat kakinya, luar biasa, beliau berjalan tanpa alas kaki.
Sontak saya berdoa dalam hati, “Ya Allah mudahkanlah rezeki baginya, lapangkanlah hatinya dan berkahilah keluarganya.” Tak lama doa itu meluncur dalam hati, istri sudah selesai belanja. Spontan kusampaikan, “Ma, yuk beli sapu lidi dan sapu lantai dari bapak itu.”
Pelajaran pagi
Sebelum turun dari motor saya sampaikan agar jangan sampai kita tawar. Berapapun harga yang dia sampaikan, terima saja. Istriku langsung setuju. Kami pun meluncur mengejarnya. Berhenti tepat 10 meter dari tempatnya berjalan, yang seolah tak kenal lelah.
Begitu tahu istriku menghentikannya untuk membeli sapu, bapak itu semringah. Kata istri saat ngobrol sembari memilih sapu yang ia rasa tepat, bapak itu bercerita bahwa dia telah berjalan dari satu tempat. Dalam pikiranku, berarti ia telah jalan 20 kilo meter lebih pada pagi seperti ini.
Bapak ini luar biasa, dimasa tua, beliau tidak mau berpangku tangan. Tapi malah terus berjualan dengan membawa dagangan di pundaknya.
Baca Juga: Berpikir yang Menenteramkan
Bagaimana dengan anak muda sekarang, apakah pagi-pagi banyak digunakan untuk produktivitas?
Bapak ini termasuk kelompok orang yang harus dibantu dengan cara dibeli dagangannya. Lihatlah mujahadah, perjuangan, dan kesungguhannya dalam mencari rezeki halal.

Membantu yang memberdayakan harus masuk agenda utama orang yang Allah berikan kelapangan rezeki, karena mereka tetap yakin bahwa dengan berdagang rezeki akan Allah hadirkan. Bandingkan dengan orang yang masih muda, namun memilih meminta-minta.
Belilah dagangan penjual jalan kaki
Kepedulian kita akan sangat baik jika dapat memberdayakan orang-orang yang gigih berusaha mencari nafkah seperti ini.
Boleh jadi, bapak ini harus lelah dalam kehidupan dunia, tapi akan bahagia dalam alam akhirat atau bahkan dia sudah bahagia dengan kondisi yang sekarang. Karena tidak pernah memilih jalan pintas untuk mendapatkan uang. Secara moral bapak ini lebih mulia dari pejabat yang korup.
Terhadap orang yang gigih mencari rezeki Rasulullah SAW berikan teladan dengan mencium tangan seorang pencari kayu bakar atau pembelah batu untuk menafkahi keluarga. Sebuah isyarat bahwa mereka yang demikian adalah mulia dalam pandangan Islam.
Berdasarkan pengalaman ini, mari hidupkan semangat peduli yang memberdayakan. Jika suatu saat berjalan dan melintas pedagang yang penuh perjuangan, hentikan dan belilah dagangannya.
Andai tidak butuh, siapa tahu bisa kita berikan kepada tetangga atau orang yang membutuhkan, baik dalam rumah maupun lingkungan sekitar. Karena berbagi dengan belanja kepada mereka yang luar biasa adalah pilihan cerdas menjaga keseimbangan hidup sesama.
Mas Imam Nawawi Ketua Umum Pemuda Hidayatullah (Bogor, 13 Jumadil Awwal 1442 H)


