Berpikir, mungkin semua orang mengerti, sekalipun tidak berarti yang tahu tentang berpikir akan benar-benar paham bagaimamana berpikir yang baik dan yang tak kalah penting, berpikir yang menenteramkan.
Kesadaran akan pentingnya memanivestasikan cara berpikir yang menenteramkan akan menolong seseorang selamat dari sikap dan tindakan yang salah dalam menghadapi masalah. Terlebih kehidupan dunia ini selalu berhadapan dengan permasalahan.
Baca Juga: Berpikir Positif dan Teguh Pendirian
Normalnya, siapa yang mau hidup dilanda kesulitan? Namun, siapa yang tahu bahwa di balik kesulitan terbentang jalan kebaikan dan keberkahan? Yang pasti, Allah selalu menyajikan kebaikan dan keberkahan dari setiap keadaan, bahkan itu yang mengguncangkan jiwa seseorang.
Orang beriman, selalu akan melihat di belakang setiap kejadian. Bisa jadi ia bersedih karena satu keadaan, namun akhirnya ia bahagia justru setelah keadaan tertentu Allah takdirkan dalam hdiup seseorang.
Saat orang terkasih pergi meninggalkan hidup kita, Allah hadirkan kekuasaan-Nya dengan berhimpunnya hati dari orang-orang yang dikasihi oleh yang terkasih dalam hidup kita.
Senyum, nasihat, dan pesan agar diri tabah dan kuat, semakin menjadikan diri sadar bahwa hanya jalan Allah yang layak dijadikan pilihan.
Kebingungan, kehilangan, kesedihan hanyalah keadaan dimana akal tak menjangkau maksud luas dan mulia Allah Ta’ala pada kehidupan diri ini. Maka, kala kondisi itu terjadi dan iman didominankan, insha Allah, cara berpikir seseorang akan adem, tenang dan menenteramkan.
Hatinya yakin, bahwa semua yang terjadi adalah kebaikan. Bagaimana tidak, sedang Allah selalu ada di dekat diri seseorang, bahkan lebih dekat dari urat lehernya.
Baca Juga: Jadilah Pemenang Sejati
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.” (QS. Qaff: 16).
Mas Imam Nawawi
Bogor, 29 Rabiul Awwal 1442