Home Hikmah Jangan Pernah Sempitkan Dadamu
semangat luar biasa

Jangan Pernah Sempitkan Dadamu

by Mas Imam

Kebanyakan orang akan sedih, galau, gundah dan gulana kala ketidakbaikan menimpa hidupnya. Entah itu berupa kurangnya harta, makanan dan peluang kesejahteraan yang didambakan.

Akibatnya tidak sedikit orang menghabiskan waktunya untuk sedih, galau, dan bahkan sampai tidak yakin dengan rahmat Allah.

Dalam pandangan rasio, respon terhadap hal berat itu dengan sedih dan galau memang bisa dipahami. Namun demikian manusia hidup bukan sebatas perangkat rasio, tetapi juga nurani dan lebih jauh adalah visi serta keyakinan.

Satu bentuk keyakinan yang harus ditanamkan oleh seorang Muslim adalah bahwa tidak ada beban hidup yang dihadapi melainkan sesuai kemampuan dirinya.

Di dalam Alquran Allah Ta’ala berfirman

لا يكلف الله نفساً إلا وسعها
“Allah tidak membebani seseorang diluar kemampuannya (QS. Al-Baqarah [2]: 286).

Imam Qurtuby berkata, “Allah menggariskan bahwa Dia tidak akan membebani hambanya –sejak ayat ini diturunkan– dengan amalan-amalan hati atau anggota badan, sesuai dengan kemampuan orang tersebut. Dengan demikian umat Islam terangkat kesulitannya. Artinya, Allah tidak membebani apa-apa yang terlintas dalam perasaan dan tercetus dalam hati.”

Paska Kesulitan

Sejenak, mari melihat sedikit lebih jauh, mengamati sedikit lebih cermat, bahwa tidaklah setelah kesulitan melainkan kemudahan. Artinya, tidak wajar jika manusia berlebih-lebihan dalam sedih dan galau kala kesulitan menimpa dirinya.

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: 5).

Ayat ini pun diulang setelah itu,

إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: 6).

Pernah kan dalam satu momentum perjalanan ke luar kota kendaraan terjebak macet. Betapa pun macet panjang dan mengular, pada akhirnya akan terurai juga.

Fakta itu menjadikan banyak pengendara mobil tetap bepergian, meskipun macet di depan mata, ia yakin, asal sabar akan sampi juga ke tempat tujuan.

Baca Juga: Islam Sebagai Cara Pandang

Belajar dari Alam

Alam semesta telah memberikan banyak ibrah untuk manusia tepat dan terampil di dalam mengelola emosi diri.

Terhadap laut kita bisa belajar, bagaimana kotoran dalam bentuk dan jumlah yang besar tidak pernah mampu mengubah karakter dasar laut.

Demikian pula dari bumi. Betapapun manusia terus melukai (baca mencangkul tanah) untuk menanam tanaman, bumi tetap komitmen menumbuhkan apa pun yang ditanam.

Bumi selalu membalas luka demi luka karena cangkul dan lain sebagainya dengan kebaikan berupa tumbuhnya tanaman dan bunga.

Jadi, untuk apa galau, kalau semesta saja tidak pernah terusik dengan apapun yang dilakukan oleh manusia.

Laut tidak bisa diubah oleh segunung sampah. Sebagaimana matahari tak bisa dihalangi sinarnya oleh awan tebal yang gelap.

سَيَجْعَلُ اللَّهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُسْرًا

“Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” (QS. Ath-Tholaq: 7).

Ibnul Jauziy, Asy Syaukani dan ahli tafsir lainnya mengatakan, “Setelah kesempitan dan kesulitan, akan ada kemudahan dan kelapangan.”

Sedangkan Ibnu Katsir mengatakan, ”Janji Allah itu pasti dan tidak mungkin Dia mengingkarinya.”

Baca Juga: Hidup yang Dijamin Aman, Bagaimana Meraihnya?

Rahmat Allah Tak Terbatas

Di sini berarti tidak ada pembenaran bahwa karena satu hal atau kondisi, seseorang boleh galau, sedih, hingga kehilangan semangat dalam kebaikan.

Semesta ini luas jangan pernah sekalipun sempitkan dada ini. Allah yang Maha Kuasa juga teramat luas rahmat dan pertolongan-Nya, jangan pernah putus asa akan rahmat-Nya.

Dengan demikian perbaiki cara pandang dalam hidup dan jadilah orang yang terus berbuat untuk maslahat umat, sehingga mental kuat, pikiran tajam dan langkah pasti dalam mengisi kehidupan dengan nafas untuk mendapat ridha Ilahi.

Mas Imam Nawawi Penulis Hikmah Republika

Bogor, 14 Jumadil Awwal 1441 H

Related Posts

Leave a Comment