Musibah terbesar dalam kehidupan manusia bukan banjir, bukan gempa bumi, bukan pula tanah longsor. Tapi musibah yang amat besar adalah ketika hati dan akal manusia mulai percaya kepada jalan yang tidak Allah perintahkan untuk manusia memasukinya. Dalam kata yang lain jangan ragu dalam kebaikan, we must go on.
Teman-teman pemikiran itu lahir dari sebuah perenungan saya sendiri: mengapa Allah tidak mau memberi petunjuk kepada orang yang berkhianat.
Komitmen Nabi Yusuf as
Diksi soal berkhianat nyata Allah sebutkan dalam Alquran. Termasuk ketika menerangkan perihal komitmen Nabi Yusuf as, bahwa putra Ya’qub as itu tidak melakukan pengkhianatan kepada “majikan” dengan melakukan tindakan buruk bersama sang istri “majikan”.
Nabi Yusuf as kemudian menegaskan bahwa Allah tidak meridhai tipu daya orang-orang yang berkhianat.
“(Yusuf berkata): “Yang demikian itu agar dia (Al Aziz) mengetahui bahwa sesungguhnya aku tidak berkhianat kepadanya di belakangnya, dan bahwasanya Allah tidak meridhai tipu daya orang-orang yang berkhianat.” (QS. Yusuf: 52).
Dalam Tafsir Al-Wajiz, bisa kita temukan penjelasan lebih terang dari Az-Zamakhsyari. Bahwa Allah tidak akan membimbing, juga tidak akan membantu, siapapun yang berkhianat dan menyusun tipu daya dengan sembunyi-sembunyi.
Irasional
Dengan demikian, jalan terbaik yang bisa kita tempuh, yang kita butuhkan untuk kita masuki adalah jalan Allah. Yaitu jalan yang jujur, komitmen dan konsisten dalam iman.
Siapa yang percaya ada jalan lain selain yang telah Allah tunjukkan kepada manusia, maka ia potensial menjadi manusia yang rugi. Bagaimana dia akan beruntung, sedangkan jalan yang pasti menguntungkan justru ia tinggalkan.
Ia percaya bahwa melakukan rekayasa, tipu daya, dengan menabrak aturan Tuhan dan meninggalkan jalan Allah sebagai cara terbaik mendapat kebahagiaan dan kemenangan. Itu adalah kebodohan yang sangat nyata.
Kepastian Rugi Mereka yang Jahat
Penjelasan itu bisa kita gunakan untuk memahami dengan mudah dan dalam, mengapa orang yang jahat meninggalkan dunia dalam kondisi tidak terhormat. Jangankan telah mati, masih hidup saja, mereka yang jiwanya penuh pengkhianatan terus menerus berada dalam tekanan batin luar biasa.
Oleh karena itu, mari tetap pada jalan Allah. Biarkan waktu menjadi saksi bahwa kita butuh akan bimbingan Allah, kita butuh pertolongan Allah dan kita sangat amat lemah di hadapan-Nya.
Lagi pula, kalau Allah sudah hadirkan sosok Nabi Yusuf sebagai bukti dan pelajaran, sosok mana lagi selain yang Allah pilihkan, layak untuk kita jadikan teladan, sebagai pihak yang patut kita pelajari dan teladani?*


