Mas Imam Nawawi

- Kisah

Datang ke Pulau Lingga

Saya tidak tahu berapa anak muda yang pernah mendengar apalagi tahu tentang Pulau Lingga. Saya beruntung setiap tahun Allah memperjalankan kaki ini menyusuri bumi-Nya yang luas. Jadi semakin hari semakin banyak tempat di negeri ini yang saya kunjungi dan memberikan pelajaran penuh arti. Dan, kali ini adalah perjalanan laut yang cukup panjang bagiku, nyaris 5 […]

Perpaduan laut yang bening, pepohonan yang rindang nan hijau serta pelabuhan yang sederhana, menjadikanku hanya bisa bersyukur, betapa indah Allah menciptakan semua ini

Saya tidak tahu berapa anak muda yang pernah mendengar apalagi tahu tentang Pulau Lingga. Saya beruntung setiap tahun Allah memperjalankan kaki ini menyusuri bumi-Nya yang luas.

Jadi semakin hari semakin banyak tempat di negeri ini yang saya kunjungi dan memberikan pelajaran penuh arti.

Dan, kali ini adalah perjalanan laut yang cukup panjang bagiku, nyaris 5 jam dari Pulau Batam menuju Pulau Lingga. Dalam beberapa sesi perjalanan sempat ombak laut lebih tinggi dari biasanya, sehingga bagian depan kapal melambung-lambung.

Kalau jarang naik kapal, pasti perutnya terguncang dan biasanya akan mabuk laut. Namun, saya sangat terbiasa dengan situasi dan kondisi seperti itu.

Seperti biasa, saya melihat dan bertanya mengapa Allah menciptakan laut. Mengapa ada orang yang memandang laut sebagai jembatan hidup dan ada pula yang memandang laut sebagai pemisah.

Namun satu hal, laut memiliki peran yang sangat penting bagi keberlangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu, sudah seharusnya kita menjaga dan melestarikan laut untuk masa depan yang lebih baik.

Simpanan Kekayaan

Kepulauan Riau memang menarik, terdiri dari 2200 pulau, Bang Fatahillah menyampaikannya kepadaku. Laut memang menjadi jembatan hidup.

Dan, kita tahu laut sebenarnya adalah rumah bagi jutaan spesies makhluk hidup, dari organisme mikroskopis hingga paus raksasa. Ekosistem laut yang kompleks dan saling terkait ini berperan penting dalam menjaga keseimbangan alam.

Selain itu, laut juga menyerap panas matahari dan mendistribusikannya ke seluruh dunia melalui arus laut, membantu menstabilkan iklim global. Laut juga menyerap karbondioksida, mengurangi dampak perubahan iklim.

Boleh kita katakan, kalau laut bisa teroptimalisasi fungsinya secara progresif namun tetap ramah lingkungan, Kepulauan Riau potensial menjadi wilayah yang maju dan bahagia warganya.

Pemandangan

Begitu sampai di Pelabuhan Sei Tenam saya hanya fokus pada pemandangan yang indah.

Baca Juga: Takwa Sumber Bahagia

Perpaduan laut yang bening, pepohonan yang rindang nan hijau serta pelabuhan yang sederhana, menjadikanku hanya bisa bersyukur, betapa indah Allah menciptakan semua ini.

Saya selalu bertanya dalam hati, Maha Suci Allah yang memberi petunjuk manusia bisa menempati pulau ini. Kalau sejarah Lingga lumayan panjang dengan nama sultan yang tidak pendek.

Namun, tak lama setelah melihat itu semua, saya mendapat hadiah buku dari Ust. Hamka Kedang. Judulnya “Kesultanan Lingga-Riau Dan Catatan Ringkas Sejarahnya,” karya Tengku Husein Saleh, dkk.

Buku itu menuturkan bahwa Daik, Lingga, yang saya kunjungi saat ini merupakan pusat kerajaan Riau-Lingga, sekarang menjadi ibu kota Kabupaten Lingga.

Secara kasar saya meraba, Lingga ini adalah tempat yang dulunya penuh dengan budaya dan peradaban yang indah. Namun seiring perjalanan waktu mungkin tak lagi banyak anak muda yang memahami sejarah keren dari kesultanan Melayu di Lingga ini.

Akhir kata saya ke Lingga senang sekali rasanya. Ada fakta alam yang masih indah, ada laut yang masih bening airnya. Lebih dari itu ada sejarah yang menyala api perjuangannya. Tugas kita bagaimana memahami semua ini sebagai kekuatan untuk menatap lebih tajam ke depan.*

Mas Imam Nawawi

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *