Home Kajian Utama Taqwa Sumber Bahagia
Taqwa sumber bahagia

Taqwa Sumber Bahagia

by Mas Imam

Manusia memang punya kekuatan akal dan indera, tetapi itu tidak cukup memahami apa itu sumber kebahagiaan. Ketika seorang pejabat berpikir bagaimana masa tua bahagia lantas memilih menjadi maling uang rakyat, impiannya sirna, karena ia ditangkap dan dijebolskan ke dalam penjara saat usianya tak lagi muda. Apakah ia jadi bahagia?

Ia mengalami siksaan berat, bukan semata karena mendekam di hotel prodeo, tetapi juga karena beban mental keluarga besar, anak-anak dan cucunya.

“Oh ternyata kakek maling uang rakyat, ya?”

Hancur harga diri dan perasaan tidak karuan berkecamuk setiap saat. Jika ada maling uang rakyat terlihat masih tersenyum, itu hanya sebuah refleksi dari kebiasaan mereka yang tak pernah jujur pada diri sendiri.

Jadi, harta bukan sumber kebahagiaan. Harta dalam hidup ini tak ubahnya cangkul bagi petani tempo dulu, bagaimana dapat memudahkan mendapatkan kebaikan dari pekerjaan yang dilakukan.

Baca Juga: Tegas Membagi Waktu

Jadi, kalau ada petani menyembah cangkul, jelas ia telah gila. Tetapi gila pada harta itu tidak terasa bodoh, malah sebaliknya merasa cerdas dan beruntung.

Di sinilah penting kita pahami betul bahwa harta, banyak dan sedikitnya tak lebih dari sebuah ujian, apakah akan bersyukur atau kufur.

Bahagia itu Hati

Berdasarkan secuil fakta yang menerangkan bahwa harta bukan sumber kebahagiaan sekalipun banyak orang mengejarnya dengan segala cara, akal pikiran kita harus aktif memahami dengan sangat baik.

Terlebih fakta mengenai hal itu juga ada banyak kisahnya di dalam Alquran. Jadi, bagaimana kita terpedaya oleh sebuah fakta yang seharusnya menjadi pelajaran berharga dalam hidup ini.

Mengingat bahagia itu ada di dalam hati, maka sudah sepatutnya kita memahami dengan baik apa itu taqwa.

Taqwa ialah kondisi pikiran dan jiwa orang mukmin yang merasakan kehadiran Allah SWT di mana saja dia berada.

Dia rela dengan segala kondisi yang merupakan anugerah Allah. Dia takut untuk bermaksiat kepada Allah. Tapi sekaligus dia juga cinta dan penuh harap – tidak putus asa – dari rahmat Allah.

Jikalau pun harta melimpah, taqwa akan mendoorong diri membelanjakannya di jalan kebaikan yang Allah ridha. Jika pun harta kurang, ia tidak akan menjadi peminta-minta, tetapi justru sungguh-sungguh dalam usaha.

Dengan kata lain, taqwa itu memberi ketenangan kepada hati agar tidak bahagia hanya karena materi atau pun sedih hanya karena materi. Tetapi lebih karena bagaimana komunikasinya dengan Allah Ta’ala.

Paling Mulia

“Yang paling mulia diantara kamu adalah orang yang taqwa.” (QS 49:13).

Artinya standar kebahagiaan, ketenangan hidup seorang Muslim bukan pada atribut sosial dan kecerdasan intelektual belaka, tetapi bagaimana taqwa hadir di dalam dirinya.

Orang-orang seperti ini akan berada di dalam kebahagiaan dan ketenangan. Ia tahu apa yang baik bagi kehidupannya secara berkesinambungan sampai alam akhirat, yakni tunduk dan patuh kepada-Nya.

Bukan seperti orang-orang yang hidup hanya dengan indera dan akal pendek, dimana segala sesuatu diukur dari sisi kenikmatan di sini dan hari ini.

Baca Lagi: Manusia Kelas Keledai

Islam ini ajaran yang mengajak kita melihat hidup secara lebih cerdas dan mendalam, sehingga tidak terpedaya oleh asumsi akal yang terbatas dan kenikmatan yang semu.

Dan, untuk bisa seperti itu, hati ini butuh taqwa. Silakan kaya, tapi jadilah taqwa. Silakan hebat, tapi jadilah taqwa. Silakan bangga, tapi jangan korbankan taqwa dalam jiwa. Insha Allah bahagia.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment