George Bernard Shaw pernah menulis bahwa kemajuan mustahil diraih tanpa perubahan. Siapa yang tidak mengubah pikirannya, tidak akan mengubah apapun.
Saya menemukan kalimat ini dalam buku The Digital Mindset karya Paul Leonardi dan Tsedal Neeley. Bagi kedua penulis itu, perubahan cara berpikir adalah kunci utama dalam menghadapi era transformasi digital. Tidak ada model bisnis yang luput dari dampak digitalisasi. Begitu keduanya memberi kesimpulan.
Saat ini, kita hidup di zaman big data, algoritma, dan kecerdasan buatan (AI). Semua hal bisa kita ciptakan dengan mudah. Namun, untuk menghasilkan manfaat nyata, kita butuh keterampilan berpikir dan ketulusan niat.
Budaya WA: Antara Canda dan Keseriusan
Pertanyaannya, apakah kita sudah benar-benar memberi warna dalam era digital?
Ambil contoh sederhana: WhatsApp (WA). Kebanyakan orang menggunakannya untuk urusan kerja, berbagi kabar, atau sekadar bercanda. Grup WA sering dipenuhi emoticon tertawa, sesekali menangis jika ada kabar duka.
Tetapi, seberapa sering WA digunakan untuk diskusi serius layaknya rapat produktif?
Dalam sebuah grup urusan kerja, seringkali yang dapat respon hanyalah konten yang datang dari atasan. Bawahan akan ada yang berlomba-lomba memberi respon. Akan tetapi, kalau konten itu dari struktur bawah, hal seperti respon ke atasan tidak akan banyak muncul.
Hal itu menunjukkan bahwa itu jarang terjadi. Jika tiba-tiba grup ramai dengan percakapan berbobot, biasanya hanya segelintir orang yang memang suka membahas tema besar.
Artinya, dunia digital belum kita maksimalkan sebagai ruang pengembangan pemikiran dan kolaborasi tanpa tatap muka.
Bagaimana Memberi Warna dalam Dunia Digital?
Kita butuh arah yang jelas agar tidak hanya menjadi konsumen digital, tetapi juga kontributor. Saya melihat ada tiga hal utama yang perlu kita bangun.
Konten yang Siap Saji
Di era digital, informasi berlomba menyita perhatian. Konten yang menarik, ringkas, dan berbobot akan lebih mudah diterima audiens.
Jika ingin berdampak, kita harus siap menyajikan informasi yang relevan dan solutif.
Konsistensi yang Teruji
Membangun pengaruh di dunia digital bukan tentang viral sesaat, tetapi konsistensi dalam memberikan nilai tambah.
Siapa yang rutin berbagi insight dan inspirasi, dialah yang akan dikenang.
Nilai (Value) dari Setiap Konten
Konten tanpa makna hanya akan hilang dalam lautan informasi. Apa yang kita bagikan harus memiliki nilai yang bermanfaat—entah itu edukasi, motivasi, atau solusi untuk masalah tertentu.
Peluang
Era digital memberi kita peluang besar, tetapi apakah kita hanya sekadar menjadi konsumen informasi atau ikut berkontribusi?
Transformasi digital bukan sekadar tentang teknologi, tetapi tentang bagaimana kita mengubah cara berpikir dan bertindak.
Dengan konten yang siap saji, konsistensi, dan nilai yang bermanfaat, kita bisa memberi warna dalam dunia digital.
Saatnya beralih dari sekadar menerima informasi menjadi pencipta perubahan yang bermakna. Peluang itu ada di depan mata, tinggal kita mau tangkap dan gunakan seperti apa. Digital memang maya, tapi pengaruhnya terkadang sangat nyata.*