Hidup adalah anugerah berharga. Setiap detik yang kita jalani seharusnya diisi dengan semangat dan kesadaran untuk memberi manfaat. Salah satu cara terbaik merayakan kehidupan adalah melangkah dengan penuh gairah dan menebar berkah.
Tanpa semangat, hidup terasa hambar. Tanpa keberkahan, hidup kehilangan makna. Maka, pertanyaannya adalah: Bagaimana kita bisa menjalani hidup dengan gairah, produktif, dan bermanfaat bagi sekitar?
Semangat Iman dan Hasrat Menjadi Khalifah
Ustaz Abdullah Said, pendiri Hidayatullah, pernah menyampaikan dalam sebuah tausiyah bahwa iman yang kuat melahirkan rasa ingin tahu yang tinggi.
Orang beriman akan selalu penasaran, ingin merasakan bagaimana rasanya menjadi hamba yang Allah cintai.
Ia ingin membuktikan dalam hatinya, Bagaimana rasanya menjadi manusia yang benar-benar menjalankan peran strategis sebagai khalifah di bumi?
Seorang khalifah bukan sekadar pemimpin, tetapi juga agen perubahan. Ia memiliki kemampuan memberikan warna (sibghah) dalam kehidupan.
Ia mampu membentuk opini publik, menciptakan kondisi lebih baik, dan merebut wacana untuk kebaikan bersama.
Ketika seseorang sampai pada kesadaran itu, iman menjadi kebahagiaan, dan amal saleh menjadi kebutuhan.
Ia tidak lagi beramal hanya karena kewajiban, tetapi karena menemukan ketenteraman dalam setiap kebaikan yang dilakukan.
Berkah dalam Produktivitas
Menjadi khalifah berarti terampil dalam memimpin diri sendiri. Hidupnya seperti matahari—bersinar tepat waktu, tetap memberi terang meski tak selalu dapat pengakuan.
Produktivitas bukan sekadar banyak bekerja, tetapi tentang membuat waktu yang ada kita gunakan secara lebih bermakna. Ia tidak sibuk dengan hal-hal yang tidak mengubah cara berpikirnya. Fokusnya adalah menghasilkan sesuatu yang bermanfaat setiap hari.
Maka, kita perlu bertanya kepada diri sendiri: Seproduktif apa hari ini? Apa yang telah aku hasilkan?
Misalnya, saya mengukur produktivitas menulis pada masimamnawawi.com. Jika dalam sehari saya bisa menulis tiga artikel, itu baru produktif. Tetapi jika hanya satu artikel, itu standar.
Maka, saya menetapkan kebiasaan: Jika punya waktu 30 menit duduk, saya akan menulis. Itu ukuran produktivitas bagi saya.
Produktivitas harus kita tentukan alat ukurnya. Perlu kita kontrol, dan kita tingkatkan secara bertahap. Jika tidak, kita bisa terjebak dalam rutinitas yang tidak memberi dampak nyata.
Menebar Berkah dengan Kerjasama
Menebar keberkahan bukan tugas individu. Kebaikan akan lebih luas jika dilakukan bersama. Islam mendorong umatnya hidup dalam jama’ah, karena sinergi melipatgandakan kekuatan.
Bayangkan lima jari tangan kita. Masing-masing berbeda ukuran, bentuk, dan fungsi. Namun, ketika bersatu dalam satu gerakan, ia mampu mengangkat beban dan menyelesaikan pekerjaan berat.
Demikian pula dalam kehidupan. Jika ingin memberikan manfaat lebih besar, kita perlu bekerjasama, membangun komunitas, dan bergerak dalam satu visi bersama.
Hidup ini terlalu berharga jika hanya kita jalani tanpa arah. Setiap kita memiliki peran sebagai khalifah. Artinya kita mesti hidup dengan penuh kesadaran.
Kuncinya ada pada tiga hal:
- Miliki gairah untuk menebar keberkahan, karena iman akan terasa lebih membahagiakan jika diwujudkan dalam amal nyata.
- Jadilah produktif, bukan hanya sibuk. Ukur setiap hari, apakah waktu yang kita habiskan benar-benar bernilai.
- Bangun sinergi, karena pekerjaan besar tidak bisa dilakukan sendirian.
Hidup bukan soal seberapa lama kita bernapas, tetapi seberapa besar keberkahan yang kita tebarkan. Sudahkah kita menjadikan hari ini lebih bermakna?*