Pernahkah kita berpikir, waktu itu sebenarnya apa? Ini sudah bukan lagi waktu itu pedang atau uang. Tapi waktu itu akar dari keselamatan kita. Dalam Islam sangat jelas, waktu adalah penentu. Kalau kita gunakan untuk meneguhkan iman, amal shaleh dan kebaikan-kebaikan, maka hidup kita akan selamat.
Akan tetapi apakah kita sudah sampai pada kesadaran yang sedemikian itu? Pada tahap ini bahasan tentang waktu perlu untuk terus kita perdalam. Karena setiap orang kesempatannya sama, 24 jam. Pertanyaannya akankah 24 jam itu menyelamatkan iman kita atau malah membuat iman itu merana.
Memaknai Waktu dari Berbagai Sudut Pandang
Secara filsafat, waktu orang pahami sebagai aliran yang tak terhentikan. Waktu itu terus bergerak maju tanpa menengok ke belakang. Dan, faktanya kita tidak bisa memutar waktu. Bukankah apa yang sudah lewat, ya sudah lewat. Kita tak mungkin menarik dan membawanya ke masa kini, selain hasil dari cara kita menggunakan waktu.
Namun, dalam ajaran Islam, waktu memiliki makna yang sangat mendalam. Rasulullah SAW mengajarkan, ada dua nikmat yang sering manusia lupakan: kesehatan dan waktu luang.
Artinya waktu dalam Islam adalah iman dan amal saleh. Ia adalah kesempatan untuk berinteraksi, berbuat baik, dan saling menguatkan. Orang yang memandang uang sebagai utama, ia akan bekerja luar biasa, hingga sistem keluarga menjadi terluka.
Sedangkan orang yang sadar pentingnya generasi ia akan mengarahkan segenap daya untuk mendidik anak yang shaleh. Karena salah satu sumber keselamatan hidup seorang Muslim nantinya adalah anak yang shaleh dan shalehah.
Dengan demikian kita akan sepakat bahwa waktu adalah aset berharga. Ia lebih berharga dari uang. Sebab uang yang hilang bisa kita cari lagi, tapi waktu yang hilang tidak akan pernah kembali.
Kenapa Kita Gagal Memaknai Waktu?
Ada banyak alasan kenapa kita sering gagal memaknai waktu dengan baik. Salah satunya adalah distraksi yang tak berujung. Notifikasi media sosial, konten viral, dan godaan untuk rebahan membuat kita lupa diri. Ini gangguan eksternal yang banyak orang hadapi hari ini.
Namun lebihd alam, kita terkondisi oleh distraksi karena kesadaran kita sendiri yang masih dangkal terhadap makna waktu.
Kita sering merasa punya banyak waktu. Padahal, waktu yang kita miliki terbatas. Kita hanya punya 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Tanpa perencanaan, waktu itu akan habis begitu saja. Kita sibuk, tapi tidak produktif.
Apakah kita sadar bahwa kita kadang kita lupa kepada Allah hanya karena merasa sukses dengan uang yang berhasil kita himpun? Padahal substansi uang tidaklah sebanding dengan apapun dari hidup kita. Apalagi kalau kita hubungkan dengan Allah SWT. Uang hanyalah alat, jalan dan cara. Sungguh uang bukan tuhan. Malah kalau kita cinta sama Allah, belanjakan uang itu untuk kemajuan umat Islam.
Ayo Berbenah, Move On Sekarang Juga
Setiap momen adalah waktu yang tepat untuk refleksi diri. Lebih dalam juga sangat cocok untuk berbenah.
Mulailah untuk berani bertanya ke dalam hati: “Apakah aku sudah menggunakan waktuku dengan baik?” “Apakah waktuku hanya habis untuk hal-hal yang tidak penting?”
Dengan demikian maka mari kita mulai menggunakan waktu dengan lebih bijak. Kita tak harus memaksa hati untuk mengabaikan ilmu karena sibuk. Karena kita sadar membaca adalah bukti kebaikan iman.
Kalau kita sadar akan hal itu, maka mematikan notifikasi yang tidak perlu adalah keniscayaan. Kemudian tentukan tujuan harian dan mingguan. Saya punya tujuan setiap hari minimal satu tulisan artikel atau dua artikel.
Lebih dalam lakukan hal-hal yang bermanfaat, seperti belajar, berolahraga, atau berinteraksi dengan orang-orang terdekat. Kalau media sosial apakah boleh? Sangat boleh asalkan menjadikan energi kita dalam kebaikan semakin menyala.
Ingat, waktu itu seperti pedang. Jika tidak kamu gunakan untuk kebaikan, ia akan menebasmu, membuatmu menyesal di kemudian hari. Jangan biarkan waktumu terbuang sia-sia.
Inilah saat yang tepat bagi kita dan siapapun juga untuk menjadikan setiap detik sebagai investasi untuk masa depan. Dan, beruntunglah orang yang mau menggunakan waktu untuk membaca, termasuk selesai membaca artikel ringan ini kemudian punya niat untuk berbenah, berubah dan menjadi lebih shaleh-shalehah. Insya Allah dengan pemahaman itu kita akan sampai pada level keselamatan hidup yang kita butuhkan: baik dalam alam dunia maupun alam akhirat.*