Pernahkah teman-teman berpikir, bagaimana wujud sebuah harapan datang menjadi nyata? Seperti orang yang membawa kebaikan dan tak tersesat menemukan alamat tempat kita tinggal.
Terkadang, ia berbentuk kerja keras yang mengundang peluh. Pada waktu yang lain, ia menjelma menjadi lembaran baru yang penuh aksara. Dan tak jarang, ia hadir sederhana dalam sebungkus bahan pokok yang datang pada penghujung senja.
Di Soreang, Bandung, harapan itu terlihat begitu nyata. Sekelompok anak muda, para santri Pesantren Hidayatullah, berbaris estafet memindahkan balok kayu dan bondek.
Semangat mereka menyala, seolah tak kenal lelah. Mereka tengah melanjutkan kembali sebuah mimpi yang sempat tertunda: membangun asrama yang layak.
Proyek ini terhenti cukup lama karena keterbatasan dana. Namun, hari itu, bersama tim Baitul Maal Hidayatullah (BMH), asa itu hidup kembali.
Gotong royong ini bukan sekadar memindahkan material. Lebih dalam dari itu, ia adalah pelajaran tentang kepedulian dan kekuatan kebersamaan.
Itulah sebuah fondasi yang tegak bukan hanya dengan semen, tetapi juga dengan semangat, energi dan cita-cita.
Berbentuk Mushaf Alquran
Sementara itu, ribuan kilometer dari sana, harapan berwujud lain. Tepat di sebuah Rumah Qur’an sederhana di Medan, lebih dari seratus anak yatim dan dhuafa menimba ilmu.
Sebagian dari mereka baru saja menamatkan Iqra. Tentu, mereka merindukan mushaf Al-Qur’an baru untuk melanjutkan perjalanan mereka.
Kemudian, BMH datang mengantarkan amanah itu. Wajah-wajah mungil itu pun berbinar.
Tangan mereka kini memegang mushafnya sendiri. Di lorong-lorong sederhana itu, harapan adalah tentang kesempatan untuk belajar, untuk menjadi generasi Qur’ani yang gemilang.
Sampai Surabaya
Kisah ini kemudian membawa kita ke pesisir Surabaya. Dalam sebuah kampung nelayan yang hidupnya menyatu dengan laut, para lansia menjalani hari-hari mereka dalam keterbatasan. Pada wajah teduh mereka, tersimpan cerita perjuangan yang panjang.
Di sinilah harapan hadir sebagai rasa aman dan kepedulian.
Melalui BMH, bantuan logistik keluarga sampai ke tangan mereka. Ini bukan sekadar bantuan. Ini adalah pesan bahwa mereka tidak sendiri, bahwa di luar sana ada saudara yang mengingat dan peduli.
Tiga kota, tiga cerita, tiga wajah harapan yang berbeda. Soreang, Medan, dan Surabaya. Semuanya terhubung oleh satu benang merah yang sama: amanah kebaikan dari para donatur yang menemukan alamatnya yang tepat.
BMH berperan sebagai jembatan, memastikan setiap keping kebaikan sampai kepada mereka yang paling membutuhkan. Karena pada hakikatnya, sekecil apa pun kebaikan itu, ia akan menjadi besar dan bermakna ketika tiba di waktu dan tempat yang seharusnya.
Catatan dan Pelajaran untuk Kita
Dari tiga kisah itu, ada beberapa pelajaran berharga yang bisa kita petik untuk menumbuhkan empati dan semangat dalam berbuat kebaikan:
Kebaikan Punya Banyak Pintu
Kebutuhan setiap orang berbeda. Para santri di Soreang butuh fasilitas untuk masa depan, anak-anak di Medan butuh Al-Qur’an untuk ilmu, dan para lansia di Surabaya butuh logistik untuk menyambung hidup.
Empati mengajarkan kita untuk peka bahwa jalan kebaikan itu luas. Kita bisa berkontribusi sesuai dengan apa yang paling menyentuh hati kita.
Gotong Royong Melipatgandakan Kekuatan
Kisah di Soreang adalah bukti nyata. Kebaikan tidak selalu tentang materi. Tenaga, waktu, dan semangat yang diberikan secara bersama-sama bisa menghidupkan kembali proyek yang sempat mati. Jangan pernah meremehkan kekuatan kolaborasi dalam berbuat baik.
Amanah Adalah Jantung Kebaikan
Ketiga cerita ini hanya bisa terwujud karena ada kepercayaan. Mulai dari adanya donatur yang percaya, ada lembaga (BMH) yang menjaga kepercayaan. Kemudian ada penerima manfaat yang merasakan buah dari kepercayaan tersebut.
Oleh karena itu kita harus memahami dengan baik bahwa menjaga amanah adalah kunci agar ekosistem kebaikan ini terus berjalan dan meluas.
Jangan Menunggu untuk Berbuat Baik
Dari selembar mushaf, dari sebungkus beras, dari sebuah balok kayu yang diangkat bersama, kita belajar bahwa kebaikan tidak perlu menunggu besar.
Pada akhirnya, mulailah dari apa yang kita bisa, karena di tangan orang yang tepat, bantuan kecil kita bisa menjelma menjadi harapan yang sangat besar.*