Mas Imam Nawawi

- Kajian Utama

Tenangkan Hati Sebagai Raja Bahagia Pasti Hadir

Tak seorang pun hidup dalam dunia ini melainkan akan atau tengah bertemu dengan problem. Problem itu bisa berupa kesulitan akses pendidikan, kesulitan ekonomi dan bahkan kemalasan untuk benar-benar tekun menuntut ilmu dan aktif berkarya. Akibat dari kondisi itu adalah ketidaktenangan hati. Padahal secara eksistensial hati adalah raja dalam diri manusia. Lantas apa yang kita perlukan […]

Tenangkan Hati Sebagai Raja Bahagia Pasti Hadir

Tak seorang pun hidup dalam dunia ini melainkan akan atau tengah bertemu dengan problem. Problem itu bisa berupa kesulitan akses pendidikan, kesulitan ekonomi dan bahkan kemalasan untuk benar-benar tekun menuntut ilmu dan aktif berkarya. Akibat dari kondisi itu adalah ketidaktenangan hati. Padahal secara eksistensial hati adalah raja dalam diri manusia. Lantas apa yang kita perlukan agar hati tenang dan bahagia datang?

Dalam bahasa Arab, hati: “Qalb.” Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan “Qalb” itu sebagai pangkal perasaan batin, hati yang suci (murni) hati. Selain itu juga ada yang mengartikan “Qalb” sebagai sistem kognisi.

Dalam kata yang lain hati adalah pusat kesadaran manusia secara utuh. Mulai dari kesadaran nilai, kekuatan berpikir, hingga penentu tindakan.

Kita pun jadi sangat mudah memahami mengapa Allah meminta kita mentadabburi Alquran. “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad: 24).

Buka Hatimu

Berdasarkan ayat itu kita dapat mengambil kesimpulan bahwa kita harus membuka hati.

Ayat itu mengkritik sikap orang-orang munafik yang membangun cara berpikir tanpa landasan ilmu yang benar. Alhasil mereka tidak mau mencoba memahami Al-Qur’an.

Padahal, dengan memahami Al-Qur’an, mereka bisa mengerti ajaran dan petunjuk di dalamnya. Sayangnya, hati mereka sudah terlanjur keras dan tertutup, sehingga ajaran baik dari Al-Qur’an tidak bisa masuk dan memberi manfaat bagi mereka.

Pelajarannya sangat jelas, kita jangan menutup hati, apalagi sampai menguncinya dari memahami ajaran Islam dengan sebaik-baiknya. Apabila hal itu terjadi, maka kita akan hidup dalam kegelisahan, kegelapan dan bahkan kebinasaan.

Hati, Raja Sesungguhnya

Kalau kita cerna lebih dalam hati sebenarnya adalah raja, yang memiliki tentara-tentara. Imam Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin menerangkan ada tiga jenis tentara hati.

Pertama, tentara eksternal. Ini adalah tangan, kaki, mata, telinga, lidah dan anggota tubuh yang lain.

Kedua, tentara internal. Ini adalah hal yang hanya bisa terlihat oleh hati itu sendiri. Seperti nafsu, kemarahan, pengetahuan, kebijaksanaan dan pikiran.

Ketiga, tentara penjaga. Yaitu yang bertugas mengurus informasi yang masuk, kemampuan melakukan imajinasi, hingga penglihatan dengan mata luar.

Dalam kata yang lain, kalau hati sebagai raja tidak mampu mengelola tentaranya, maka tentara itu yang akan “menipu” hati.

Pengaruh Hati sebagai Raja

Kita tahu dalam konteks politik, presiden yang tak cakap, akan mudah senang dengan laporan palsu. Dalam tataran pribadi, orang yang tak peduli dengan kesehatan sang raja (hati) akan mudah menjadi pencuri, perampok dan terjebak judi serta kerusakan lainnya.

Sikapnya akan semakin tampak jika hati tak segera diobati. Indikasinya pun jelas, seperti mudah sekali marah, hawa nafsunya tak terkendali. Mudah iri kepada orang lain. Menjadi rakus terhadap harta. Tidak mau berhenti makan kecuali sampai kekenyangan. Sering terburu-buru, cinta dunia, takut miskin dan mudah berprasangka buruk kepada sesama insan beriman.

Lantas bagaimana kita menenangkan hati yakni raja dalam eksistensi kita sebagai manusia? Jelas kita harus memperbanyak keterhubungan dengan Allah melalui dzikir.

Kemudian bersiaplah untuk mendapatkan ilmu, pandai menemukan hikmah dan dalam kala berpikir. Insya Allah kita bisa mengendalikan hawa nafsu, bisa mengelola amarah dan mudah memaafkan sesama. Pendek kata kita bisa menenangkan hati, sehingga syukur dan bahagia begitu mudah kita rasakan.*

Mas Imam Nawawi