Kalau mendengar kata “hati” biasanya apa yang kita pikirkan? Sebagian orang menyandingkan kata “patah” sebelum hati. Kemudian juga kata “sakit” sebelum hati. Nah, apakah hati hanya untuk tempat sakit?
Sakit hati itu memang ada. Tetapi tidak semata dalam konteks asmara atau cinta. Hati yang sakit juga tentang keimanan yang lemah, sehingga manusia akhirnya menolak kebenaran (Islam).
“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” (QS. Al-Baqarah: 10).
Jadi perhatikanlah hati kita, jangan sampai ada keraguan kepada Allah, sehingga lahir penyakit hati. Dan, itu sangat berbahaya.
Sebuah tafsir menerangkan, hati yang ragu akan jadi sarang penyakit. Akibatnya mereka berbuat berbagai macam maksiat, sehingga kelak datang siksaan bagi mereka.
Baca Juga: Mumpung Masih Muda
Dan, indikasi hati yang sakit adalah senang pada kedustaan dan kemunafikan.
Perbuatan
Hati setiap orang pasti akan melahirkan buah. Jika bersih hatinya, maka buahnya adalah akhlak mulia. Sebaliknya jika keruh hatinya, maka buahnya adalah keburukan perbuatan.
Salman Al-Farisi berkata, “Setiap orang pasti memiliki “jawani” (aspek lahir) dan “barani” (aspek batin). Siapa saja yang membenahi aspek batinnya maka Allah akan memperbaiki aspek lahirnya. Siapa saja yang merusak aspek batinnya maka Allah akan membuat buruk aspek lahirnya.” (Lihat buku A’Malul Qulub karya Dr Khalid Utsman Al-Sabt).
Jadi, kalau seseorang sadar akan keburukan perilakunya, ia harus segera menengok dan membenahi hatinya. Karena perbuatan tidak lain adalah buah dari keadaan hati dalam dada.
Yang Allah Mau
Saat kita memiliki hati, maka fungsi terdalam dari itu semua adalah memahami apa yang Allah kehendaki.
“Aku adalah sekutu yang paling tidak membutuhkan kesyirikan. Hamba mana pun yang mengerjakan suatu amal disertai dengan menyekutukan-Ku, maka Aku akan meninggalkannya dan sekutunya.” (HR. Muslim).
Baca Lagi: Hati Tenang Seperti Daun yang Indah
Jadi, berupayalah agar hati ini hanya mengharap ridha Allah. Jangan sampai ada syirik. sebab syirik menjadikan Allah menolak semua amal orang yang beramal.
Sekalipun orang itu tekun ruku, sujud, shalat, puasa dan lain sebagainya, kalau hati ada syirik, maka semua amal “badan” itu tidak akan berguna.*