Gen-Z tumbuh di era digital yang serba cepat, penuh tantangan, sekaligus peluang. Mereka terbiasa multitasking, berpikir kritis, dan ekspresif dalam menyuarakan ide. Namun, tanpa arah yang jelas, potensi besar ini bisa terjebak pada hal-hal yang kurang bermanfaat. Dalam hal inilah penting menyadari bahwa komunitas dakwah hadir sebagai wadah yang relevan.
Gen-Z mesti tertarik masuk lebih dalam mengenali eksistensinya dengan jauh lebih utuh. Bukan semata tentang tampil keren, merasa keren dan lain sebagainya. Ok, Gen-Z keren karena lahir dengan fasilitas digital. Tapi apakah yang kalian anggap keren punya dampak dan nilai positif bagi sesama. Apa nilai hadirnya Gen-Z bagi kelangsungan hidup manusia yang tak “terjajah” algoritma?
Jika hidup tak sebatas era kita bernafas, maka berinteraksi bahkan menguatkan komunitas dakwah adalah jalan terbaik.Sebagaimana dahulu Mush’ab bin Umair, sosok pemuda tampan dan dari keluarga kaya memilih dakwah bersama Nabi Muhammad SAW.
Ruang Belajar yang Bermakna
Bergabung dalam komunitas dakwah memberi ruang untuk menyalurkan energi kreatif dengan cara positif. Anak muda bisa belajar berbicara di depan umum, melatih kepemimpinan, dan mengasah kemampuan berorganisasi. Semua itu sekaligus menjadi bekal berharga untuk masa depan Gen-Z bahkan masa depan umat, bangsa dan negara.
Bergabung artinya siap berinteraksi. Menariknya orang yang interaksi sosialnya bagus akan jauh dari stres, depresi dan kesepian dalam hidup. Sebab jangankan hidup manusia, jari-jari kita pun sudah mengindikasikan bahwa tak mungkin tangan kita fungsional jika jari tidak bersatu.
Iman dan Ibadah yang Melahirkan Kecerdasan Sosial
Lebih dari sekadar belajar, komunitas dakwah meneguhkan bahwa iman dan ibadah bukan hanya urusan pribadi. Keduanya harus melahirkan kecerdasan sosial. Gen-Z yang peduli pada isu keadilan, lingkungan, dan kesehatan mental akan menemukan bahwa dakwah hadir sebagai aksi nyata. Menolong sesama, menguatkan solidaritas, dan menjaga bumi adalah bagian dari wujud iman yang hidup.
Kita harus memahami bahwa ide itu bagus, tapi ide saja, tanpa ada upaya menjadikannya nyata, itu juga tidak banyak berbuat apa-apa. Bersama komunitas dakwah kita bisa mewujudkan ide kita menjadi jembatan yang bisa orang lalui dalam kenyataan.
Kisah yang Menguatkan
Saya sendiri merasakan hal ini ketika masih remaja sekitar tahun 2001 hingga 2004. Saat itu saya tercerahkan oleh pemikiran Ustadz Abdullah Said yang diajarkan oleh Ust. Hamzah Akbar.
Beliau mengajarkan cara ber-Islam dengan memahami hakikat manusia melalui Surah Al-Alaq ayat 1–5. Dari ayat itu saya sadar, manusia bukan hanya makhluk biologis, melainkan makhluk berilmu dan berjiwa. Ilmu dan jiwa kita pun harus kita arahkan kepada sumber ilmu, yakni Allah SWT.
Kesadaran tersebut menuntun saya untuk menapaki jalan dakwah sebagai proses belajar yang tiada henti. Pengalaman ini menjadi bukti nyata bahwa komunitas dakwah dapat menumbuhkan kesadaran mendalam yang mengubah arah hidup. Hingga saya bisa menulis setiap hari seperti ini pun, tidak bisa lepas dari interaksi saya dalam komunitas dakwah yang kini menjadi ormas Islam: Hidayatullah.
Menemukan Jati Diri
Jadi, penting Gen-Z sadar bahwa berkibar itu baik dan hebat dengan bersama. Sungguh, komunitas dakwah membantu Gen-Z menemukan arah hidup. Mereka tidak hanya sibuk mengejar kesuksesan pribadi, tetapi juga sadar akan misi besar: menjadi bagian dari perubahan, sekaligus perjalanan spiritual yang memberi makna sejati.
Dengan demikian mari saling menguatkan, karena masa depan ini ada di tangan kalian, wahai generasi muda Indonesia.*


