Mas Imam Nawawi

- Artikel

Lelah Berpikir, Lemah Berjalan

Belum lama ini, saya kembali membuka buku “The Art of The Good Life” dan menemukan bahasan yang sangat menarik tentang otak yang lelah. Tepatnya, ketika kelelahan berpikir mulai melanda, dampaknya bisa luar biasa: kita menjadi lemah dalam berjalan, alias kehilangan semangat untuk merealisasikan cita-cita. Menurut Rolf Dobelli, penulis buku tersebut, orang yang otaknya kelelahan cenderung […]

Lelah Berpikir Lemah Berjalan

Belum lama ini, saya kembali membuka buku “The Art of The Good Life” dan menemukan bahasan yang sangat menarik tentang otak yang lelah. Tepatnya, ketika kelelahan berpikir mulai melanda, dampaknya bisa luar biasa: kita menjadi lemah dalam berjalan, alias kehilangan semangat untuk merealisasikan cita-cita.

Menurut Rolf Dobelli, penulis buku tersebut, orang yang otaknya kelelahan cenderung memilih opsi paling aman.

Mereka enggan berpikir lebih dalam atau bekerja lebih keras. Bahasa yang mereka gunakan pun mulai dipenuhi pesimisme dan negativitas. Ini adalah tanda-tanda awal dari hilangnya daya juang.

Mengatasi Kelelahan Mental?

Untuk mengatasi situasi stagnan ini, Dobelli menyarankan sebuah solusi sederhana namun kuat: mengucapkan ikrar.

Menurutnya, ikrar adalah penyeimbang yang akan menghapus kecenderungan pasif dan negatif. Sebuah ikrar bukanlah sekadar janji, melainkan komitmen tegas yang mengikat diri kita pada tujuan.

Ikrar memiliki kekuatan untuk membangkitkan kembali tekad yang jauh lebih kuat.

Ketika kita mengikatkan jiwa pada sebuah ikrar, kita sedang membangun benteng mental yang tidak mudah tergoyahkan oleh tantangan atau godaan.

Ini adalah fondasi yang akan membuat kita tetap teguh meskipun mesti berhadapan dengan situasi yang sulit.

Kisah Teladan: Kekuatan Ikrar dalam Sejarah

Saya teringat pada ikrar Nabi Muhammad SAW, yang menunjukkan betapa dahsyatnya kekuatan sebuah komitmen.

Beliau SAW berikrar tidak akan pernah menghentikan dakwahnya, meskipun orang mengiming-imingi harta, tahta, dan wanita.

Bahkan, beliau SAW menyatakan bahwa sekalipun orang-orang bisa memberikan matahari dan rembulan, ikrar tersebut tidak akan pernah goyah.

Kisah ini adalah bukti nyata bahwa ikrar bukanlah sekadar kata-kata, melainkan sebuah kekuatan yang mengubah tindakan menjadi keberlanjutan.

Dengan berikrar, kita tidak hanya menjanjikan sesuatu, tetapi juga membebaskan diri dari beban kelelahan mental, dan berjalan maju dengan langkah yang lebih pasti.

Kita akan bebas kalau punya niat dan tujuan hidup mulia. Namun kita akan mudah lelah jika apa yang terjadi terus mempengaruhi stabilitas iman dan kejernihan berpikir. Jadikan realitas sebagai jembatan bukan penghambat untuk kita tetap segar dan bugar dalam berpikir dan beramal.*

Mas Imam Nawawi