Sebagian orang mungkin banyak yang lelah menjalani kehidupan ini. Namun bagaimanapun, lelah itu perlu. Loh, kok?
Tentu saja tenat itu berupa aktivitas yang menguras energi, fisik, pikiran bahkan emosi, yang semua mendatangkan kebaikan setelah seseorang melakukannya.
Baca Juga: Bagaimanakah Keimanan Membentuk Kepemimpinan Diri?
Seperti seorang ibu rumah tangga, yang mungkin sering dalam rumah habis waktunya, energinya, bahkan emosinya untuk kerapian dan kebersihan hunian.
Sejatinya itu lelah yang kita perlukan. Sebab itu memang baik dalam pandangan Allah. Dan, menambah berkah, jika kita lakukan dengan niat dan keikhlasan.
Lelahnya Kaum Ayah
Begitu pun seorang suami atau ayah dari anak-anaknya. Bekerja secara maksimal, sampai kelelahan itu juga perlu. Karena dalam hal itu ada keberkahan.
Dan, memang Islam mendorong agar kaum Adam, begitu selesai mendirikan sholat, aktivitas yang harus dilakukan adalah bertebaran mencari karunia Allah dan mengingat Allah sebanyak-banyaknya.
Kemudian lelahnya kaum ayah yang menekuni dakwah, menyeru umat manusia pada kebaikan dan menjauhi kemungkaran.
Apalagi ketika lelah dakwah juga harus lelah mengurus keluarga. Ini lelah yang benar-benar kita perlukan.
“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu kelelahan, atau penyakit, atau khawatir, atau kesedihan, atau gangguan, bahkan duri yang melukainya melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya karenanya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Ampunan Allah
Jadi, mari isi hari-hari kita dengan kesibukan yang melelahkan.
Apa yang jadi kelebihan, baik waktu, tenaga, energi, ilmu, kita tuangkan sebagian untuk berkontribusi pada kebaikan kehidupan sesama.
Biar lelah, biar sedikit, atau hanya segores kalimat yang baik, mari lakukan. Sebab insan beriman selalu peduli terhadap kebaikan kehidupan.
Baca Lagi: Sadar Sebagai Pemimpin
Walaupun lelah dan tetap melakukan, kemudian semakin lelah, maka sungguh itu akan jadi berkah, bahkan mendapat ampunan Allah Ta’ala.
“Barangsiapa pada malam hari merasakan kelelahan dari upaya keterampilan kedua tangannya pada siang hari maka pada malam itu dia diampuni oleh Allah.” (HR. Ahmad).
Sebuah riwayat pernah menyebutkan bahwa ada seorang ulama yang kala lelah menulis buku dengan tema serius dan mendalam. Maka ia tidak berhenti.
Ia beristirahat dengan menjalankan aktivitas menulis dengan tema-tema yang lebih ringan dan diperlukan sehari-hari. Subhanallah.
Jadi, jangan salah paham terhadap lelah. Jangan menyalahkan lelah. Karena bagaimanapun lelah itu kita perlukan, terutama yang mengundang berkah dan ampunan Allah.*