Dunia menuju babak baru? Pertanyaan itu muncul saat saya melihat perlawanan terhadap korupsi tidak saja menjadi wajah Indonesia pada akhir Agustus 2025.
September 2025, seorang bapak di Manila, Manuel Dela Cerna (58), berdiri di tengah genangan banjir sisa rumahnya yang hancur. Ia tak menangis dan ia bersama dengan ribuan warga Manila lainnya.
Ia bicara bahwa uang rakyat Filipina dikuras pejabat. Mereka naik jet pribadi, kami kehilangan atap, rumah tersapu bersih.
Semakin menguatkan bahwa orang mulai muak terhadap koruptor. Apalagi ketika mereka menjabat semua serba mewah, tak terkecuali jam tangan. Tapi sayang dengan jam seharga mobil mewah itu, mereka tak benar-benar mengerti apa makna waktu secara mendasar.
Mereka malah menjadi tikus, merusak dan menghancurkan moral bangsa, mengacaukan sistem bernegara, bahkan mengacaukan sistem nilai. Inilah yang paling buruk dari tindakan koruptor yang hanya tahu tentang urusan pribadi.
Tentu ketika hal itu terjadi secara bergelombang, jelas ini bukan kebetulan. Ini gelombang menuju era baru dunia.
Luka Terbuka
Korupsi bukan lagi rahasia. Ia jadi luka terbuka yang semua orang lihat, tapi dulu diam. Kini? Orang mulai berani bicara.
Tak cuma di Indonesia. Tak cuma di Filipina. Sekarang mulai merata, di mana-mana, rakyat mulai sadar: kalau kita diam, kita jadi bagian dari sistem yang merusak.
Kalau kita diam, kita biarkan pejabat hidup mewah di atas penderitaan kita. Dan, Nepal telah “berhasil” melakukan itu. Tapi mungkin ini baru permulaan.
Palestina, Kunci Membaca Tanda Zaman: Dunia Baru Sedang Dilahirkan
Lalu lihat Palestina. Inggris, Kanada, Australia — negara-negara yang dulu diam — kini berani akui Palestina sebagai negara. Bukan karena politik semata. Tapi karena dunia mulai melihat.
Melihat penjajahan. Menyaksikan ketidakadilan. Memandang bagaimana wajah asli Israel dan Amerika terkuak tanpa filter. Ini bukan soal geopolitik. Ini soal nurani.
Publik global mulai paham: penjajahan tak boleh lagi disembunyikan dengan narasi “keamanan” atau “demokrasi”.
Ketika rakyat Gaza tidur di reruntuhan, sementara senjata terus mengalir ke penjajah — itu bukan konflik. Itu kejahatan kemanusiaan. Dan dunia, perlahan tapi pasti, mulai berani menunjuk siapa pelakunya.
Ini tanda zaman. Tanda bahwa dunia baru sedang lahir — dunia yang tak lagi tunduk pada kebohongan besar. Dunia yang dibangun oleh suara rakyat, bukan kepentingan elit.
Tugas Kita
Melihat tanda-tanda zaman seperti itu, kaum muda harus menyiapkan diri. Tak cukup hanya marah. Ubah amarah jadi gerakan. Jadikan Alquran dan sejarah para Nabi sebagai panduan: mereka melawan tirani dengan ilmu, sabar, dan strategi — bukan emosi kosong.
Kemudian berikan dukungan terhadap gerakan rakyat, bukan buzzer bayaran.
Mengapa langkah itu penting? Karena sejatinya pejabat korup tak takut pada demo. Mereka takut pada rakyat yang sudah tidak mau lagi berpura-pura. Seluruhnya takut pada generasi yang tak lagi rela dibohongi. Bahkan mereka takut pada siapa saja — yang hari ini memilih untuk tidak diam.
Semakin Menyala
Kita sedang menyaksikan awal dari sebuah babak baru. Bukan karena kebetulan. Tapi karena kesadaran sedang menyebar — dari satu hati ke hati lainnya. Dari satu kota ke benua lainnya.
Dunia baru bukan hadiah. Ia lahir dari perlawanan. Dari keberanian. Dari kesadaran yang tak bisa lagi dipadamkan. Persis seperti ketika era imperialisme Eropa akan berakhir, tanda-tandanya juga jelas terbaca. Namun kemerdekaan bukanlah hadiah, ia adalah rahmat Allah dan hasil perjuangan.
Tanda-tanda zaman telah menyala. Dunia akan menuju dunia baru. Tinggal kita sebagai generasi muda pandai membaca dan menjadikan momentum itu sebagai pemantik awal perubahan wajah dunia. Mulailah dari kesadaran, langkah sederhana yang konsisten serta narasi yang membangun visi.*