Mas Imam Nawawi

- Artikel

Dakwah Akhir Tahun Mari Kuatkan

Dakwah itu perjalanan yang mengasyikkan. Setidaknya itulah yang saya rasakan. Mengapa? Karena dakwah tak sekadar menyampaikan pesan, tapi juga sebuah proses terus belajar dan bertumbuh. Saya melihat setidaknya tiga hal yang membuat dakwah terasa istimewa. Pertama, dakwah menuntut kita untuk terus membaca dan merenung, menyelami lautan ilmu tiada bertepi. Kedua, dakwah adalah jalan untuk menebar […]

Dakwah akhir tahun

Dakwah itu perjalanan yang mengasyikkan. Setidaknya itulah yang saya rasakan. Mengapa? Karena dakwah tak sekadar menyampaikan pesan, tapi juga sebuah proses terus belajar dan bertumbuh.

Saya melihat setidaknya tiga hal yang membuat dakwah terasa istimewa.

Pertama, dakwah menuntut kita untuk terus membaca dan merenung, menyelami lautan ilmu tiada bertepi.

Kedua, dakwah adalah jalan untuk menebar manfaat bagi sesama, menjadi cahaya di tengah kegelapan.

Ketiga, dakwah dapat mempererat jalinan silaturahmi, merajut ukhuwah yang menghangatkan jiwa.

Nikmat Terlupa

Menjelang akhir tahun, dakwah menemukan momentum yang tepat untuk mengingatkan umat tentang nikmat yang sering terlupa: waktu.

Mencerdaskan umat tentang makna dan hakikat waktu adalah tugas mulia seorang dai. Bagaimana kita bisa mengajak orang lain menghargai waktu, jika kita sendiri belum memahami esensinya?

Waktu dalam Kacamata Filsuf dan Pemimpin

Para pemikir besar sejak zaman dahulu kala telah merenungkan tentang hakikat waktu.

Filsuf Yunani, Heraclitus, pernah berkata, “Tidak ada yang tetap kecuali perubahan,” dan “Kita tidak bisa menginjak sungai yang sama dua kali.”

Ungkapan ini menyiratkan bahwa waktu terus mengalir, tak pernah berhenti, dan setiap detik yang berlalu tak akan pernah kembali.

Sementara itu, Seneca, seorang filsuf Stoic, mengingatkan, “Bukan karena kita memiliki sedikit waktu, tetapi karena kita banyak menyia-nyiakannya.”

Di era modern, pakar kepemimpinan Peter Drucker menegaskan, “Time is the scarcest resource and unless it is managed, nothing else can be managed.”

Waktu adalah sumber daya yang paling langka, dan jika tidak dikelola dengan baik, maka yang lain pun tak akan bisa dikelola.

Sementara itu Stephen Covey, penulis buku The 7 Habits of Highly Effective People, juga menekankan pentingnya membedakan antara hal yang mendesak dan hal yang penting. Seringkali kita terjebak dalam rutinitas yang mendesak, namun melupakan hal-hal penting yang sesungguhnya memberi makna pada hidup kita.

Akhir Tahun: Momen Refleksi dan Resolusi

Akhir tahun adalah saat yang tepat untuk merenung dan mengevaluasi perjalanan kita selama setahun terakhir.

Sudahkah kita memanfaatkan waktu dengan bijak?

Baca Juga: Terus Berisi dengan Membaca

Sudahkah kita mengisi hari-hari dengan hal-hal yang bermanfaat, baik bagi diri sendiri maupun orang lain?

Berikut beberapa cara bijak untuk mengisi akhir tahun agar semakin kuat iman dan takwa. Mulai dari muhasabah diri, memperbanyak ibadah, berbagi dengan sesama, termasuk mempererat silaturrahmi. Tak kalah penting membuat resolusi dan meninggalkan kebiasaan buruk.

Dakwah Terus Kuatkan

Hal yang harus kita kuatkan adalah dakwah. Dakwah akhir tahun yang efektif adalah dakwah yang menyentuh hati. Karena dakwah yang tidak hanya berbicara tentang angka dan statistik, tetapi juga tentang makna dan hakikat.

Mari kita jadikan akhir tahun ini sebagai momentum untuk meningkatkan kualitas diri, memperkuat iman dan takwa, serta menjadi insan yang lebih bermanfaat bagi sesama.

Seperti kata M. Natsir, “Sebaiknya, kawula muda harus berlomba menceburkan diri ke kancah dakwah. Setiap saat mereka harus membekali diri dengan memperkaya wawasan dan mengasah kemampuan, apalagi makin hari para musuh dakwah terus bertambah. Jika barisan da’i muda tak mampu unjuk kekuatan akhlak dan pengetahuan, maka kebenaran akan menjadi bulan-bulanan”.*

Mas Imam Nawawi

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *