Mas Imam Nawawi

- Artikel

Bangkitkan Jiwa Cerdasmu: Membaca Sebagai Perlawanan di Tengah Bisingnya Informasi

Tema ini penting karena dalam deras arus informasi digital, banyak orang kehilangan kemampuan berpikir jernih dan kritis. Tidak sedikit orang hidup dengan kecerdasan yang terus terkikis. Untuk itu, membaca bisa menjadi bentuk perlawanan bagi kita agar pikiran tetap tajam. Selain itu juga supaya jiwa tetap tenang. Kemudian kebenaran tidak mudah tertukar oleh kebisingan dunia maya. […]

Bangkitkan Jiwa Cerdasmu: Membaca Sebagai Perlawanan di Tengah Bisingnya Informasi

Tema ini penting karena dalam deras arus informasi digital, banyak orang kehilangan kemampuan berpikir jernih dan kritis. Tidak sedikit orang hidup dengan kecerdasan yang terus terkikis. Untuk itu, membaca bisa menjadi bentuk perlawanan bagi kita agar pikiran tetap tajam. Selain itu juga supaya jiwa tetap tenang. Kemudian kebenaran tidak mudah tertukar oleh kebisingan dunia maya.

Hal ini menunjukkan kepada kita betapa Alquran selalu relevan. Kita ingat, perintah pertama dalam Islam adalah membaca.

Kini, kita sangat butuh untuk memahami, melakukan dan mengembangkan perintah ini dengan sebaik-baiknya. Semata-mata agar kita tidak lupa sebagai manusia, sebagai hamba Allah dan sebagai khalifah-Nya.

Membaca: Jalan Terang di Tengah Gelombang Informasi

Dalam era derasnya arus digital, kemampuan membaca menjadi pelita yang mulai redup. Banyak orang kini lebih suka menggulir layar daripada membuka halaman buku.

Padahal, dari aktivitas sederhana ini, lahir kecerdasan, ketenangan, dan ketajaman berpikir yang membentuk peradaban. Membaca bukan sekadar kegiatan intelektual, tetapi kebutuhan jiwa agar tetap jernih di tengah riuh informasi.

Keuntungan Membaca yang Tak Tergantikan

Membaca membawa banyak keuntungan nyata. Ia meningkatkan daya pikir, mempertajam pengetahuan, dan memperluas wawasan.

Orang yang gemar membaca lebih siap menghadapi tantangan karena memiliki mental yang terfokus dan pandangan yang luas. Mereka juga lebih terampil mengambil keputusan serta cekatan memahami wacana.

Lebih dari itu, membaca melatih otak menangkap makna tersirat dari teks. Setiap paragraf yang dibaca dengan perhatian akan melatih pikiran untuk berpikir lebih dalam. Inilah alasan mengapa para pemimpin, ilmuwan, dan tokoh berpengaruh selalu akrab dengan buku.

Membaca Intensif dan Tantangan Era Digital

Membaca intensif berarti membaca dengan tujuan memahami makna secara mendalam. Jenis membaca ini tidak bisa dilakukan sekali duduk, tetapi membutuhkan latihan dan kesabaran.

Sayangnya, di era digital, membaca dari layar sering membuat mata cepat lelah dan pikiran mudah terdistraksi. Akibatnya, konsentrasi menurun dan minat membaca pun merosot.

Fenomena ini berbahaya. Ketika orang malas membaca, kemampuan menganalisis data pun melemah. Tidak heran jika banyak yang tertipu oleh informasi palsu di media sosial.

Ketika membaca ditinggalkan, kemampuan berpikir kritis ikut pudar. Kita kehilangan daya untuk memfilter kebenaran, sehingga hal yang viral lebih cepat dipercaya daripada yang faktual.

Saatnya Kembali ke Kebiasaan Membaca

Untuk melatih kembali kejernihan berpikir, tidak ada jalan lain selain membiasakan membaca. Mulailah dengan bacaan ringan namun bermanfaat. Apabila kita bisa melakukan itu dengan tekun dan disiplin, hasilnya akan luar biasa. Buktikan saja!

Sediakan waktu khusus setiap hari untuk membaca dengan penuh perhatian. Dari kebiasaan kecil itu, kita akan menemukan kembali ketajaman nalar, ketenangan batin, dan kepekaan terhadap kebenaran.

Belakangan saya menjadikan waktu bangun tidur malam sebagai momen untuk membaca. Selain ngantuk cepat hilang, ingatan dari hasil membaca pada momen itu sangat tinggi. Bahkan saat matahari terbit, energi kita semakin kuat. Apalagi kita tidak saja membaca buku, artikel atau jurnal, tetapi juga membaca Alquran.

Dengan demikian, kita dapat memahami bahwa membaca bukan sekadar aktivitas, tetapi perjalanan menuju kedalaman makna. Dan di tengah derasnya arus digital, membaca menjadi bentuk perlawanan paling elegan untuk menjaga kemanusiaan kita tetap utuh.*

Mas Imam Nawawi