Pagi yang hujan turun rintik-rintik, seperti enggan melepas rindu dengan bumi, saya mendengar paparan Anies Baswedan. Pria murah senyum itu bertutur tentang buku Revolusi melalui youtube. Kesan saya adalah dahsyat. Anies menyampaikan satu buku yang benar-benar menggugah kesadaran kita akan Indonesia. Luar biasa!
Bagaimana tidak, Anies secara apik menyampaikan dengan sangat mendalam. Plus pengalaman pribadinya yang juga keren tentang Indonesia.
Ketika itu ia menerima kedatangan dubes Kanada untuk Indonesia. Ternyata sang dubes merupakan doktor dengan disertasi tentang Konferensi Asia-Afrika. Saat bertatap muka, Anies tak tahan bertanya soal disertasi itu.
Sang diplomat muda itu pun menceritakan bahwa nama Indonesia pada banyak negara di Afrika sangat luar biasa. Mereka terinspirasi dengan kalimat “The Spirit of Bandung”.
Kemudian menurut penulis buku “Revolusi” David van Reybrouck, yang pernah meraih Libris History Prize 2010, Indonesia dalam sejarahnya 70 tahun silam, bukan saja negara biasa. Tetapi Indonesia punya peran melahirkan gerakan dekolonisasi seluruh bangsa Asia dan Afrika. Satu hal yang kata van Reybrouck berkontribusi terhadap kebangkitan bangsa-bangsa non Barat.
Melalui buku berjudul Revolusi: Indonesië en het ontstaan van de moderne wereld (Revolusi: Indonesia and the Birth of the Modern World), “Kita,” kata Anies, bisa memiliki perspektif baru dalam melihat Indonesia. Indonesia bukan saja telah merdeka, tetapi menginspirasi dunia.
Kekuatan
Tulisan van Reybrouck tentu sangat menarik sekaligus mengundang anak muda Indonesia untuk kembali punya kekuatan.
Ketika saya membaca soal itu di Tempo ada kutipan mendasar datang dari van Reybrouck itu. Ia punya pertanyaan begini: “Jika pendiri bangsa Amerika, Mao, dan Gandhi menjadi penting, kenapa pionir kemerdekaan Indonesia tidak?”
Baca Juga: Bersemangat dalam Berkarya
Idealnya pertanyaan itu lahir dari anak-anak muda Indonesia. Tapi mungkin sekarang sulit berharap pertanyaan seperti itu muncul. Anak muda Indonesia umumnya sibuk main game, senang cepat kaya melalui jalur politik. Sebagian tenggelam dalam judi online. Tak banyak yang mau seperti Agus Salim, kaya ilmu tapi miskin harta demi kemerdekaan dan jadi minyak perjuangan.
Secara lebih mendalam kita dapat mengambil kesimpulan bahwa Indonesia sebagai bangsa telah sejajar dengan negara manapun di dunia. Terbukti, kata Anies Baswedan, pendiri bangsa ini sangat jenius. Mampu menghadirkan negara modern bernama Indonesia yang pengaruhnya ternyata sampai ke dunia internasional.
Pertama yang Merdeka
Dalam bukunya, David mengaitkan revolusi kemerdekaan Indonesia dengan peristiwa dunia, membuktikan dampaknya yang besar, bahkan hingga Konferensi Asia Afrika (KAA) dan awal Orde Baru. “Indonesia negara pertama merdeka pasca-PD II. Ini penting,” tegas David, mendahului kemerdekaan India dan Filipina.
Dalam kata yang lain, kita punya bapak pendiri bangsa yang sigap dan cergas membaca iklim geo politik saat itu. Buktinya, Indonesia adalah negara yang pertama merdeka. Catatan gemilang sebenarnya. Tapi apakah kita masih peduli tentang hal itu? David van Reybrouck justru mencatat itu peristiwa luar biasa.
Lebih jauh, ternyata KAA yang berlangsung di Bandung kala itu, menginspirasi negara-negara Eropa membentuk Uni Eropa.
Tempo menuliskan itu. “Salah satu temuan David yang menarik adalah bagaimana sesungguhnya Konferensi Bandung merupakan pemantik dibentuknya Uni Eropa. Menurut David, semangat yang ditularkan Konferensi Asia-Afrika membuat negara-negara Eropa kebakaran jenggot dan khawatir kehilangan wilayah koloninya, terutama setelah kehilangan Asia selepas Indonesia merdeka dan kehilangan Arab seusai konflik Suez.”
Dari fakta itu, kita patut berpikir dan bergerak, bahwa sudah saatnya: “Anak Indonesia Segera Jadi Aktor Dunia.” Sebagian mungkin ragu, sebagian akan setuju. Bahkan sebagian lagi akan segera maju menyiapkan diri. Mana pilihan kita?*