Mas Imam Nawawi

- Opini

Generasi Rabbani vs Generasi Micin: Mana Pilihan Kita?

Semakin waktu berjalan fenomena semakin berkembang. Belakangan ada istilah generasi micin. Tapi lebih dahulu sudah ada istilah generasi Rabbani. Nah, mau pilih mana ini teman-teman, jadi generasi Rabbani atau generasi micin? Generasi micin mungkin hanya label jenaka untuk mereka yang akrab dengan gawai tapi kadang kosong dari makna. Mungkin juga untuk mereka yang senang serba […]

Generasi Rabbani vs Generasi Micin: Mana Pilihan Kita?

Semakin waktu berjalan fenomena semakin berkembang. Belakangan ada istilah generasi micin. Tapi lebih dahulu sudah ada istilah generasi Rabbani. Nah, mau pilih mana ini teman-teman, jadi generasi Rabbani atau generasi micin?

Generasi micin mungkin hanya label jenaka untuk mereka yang akrab dengan gawai tapi kadang kosong dari makna. Mungkin juga untuk mereka yang senang serba instan, kurang usaha dan kebanyakan malas gerak (mager).

Namun, jauh di lubuk hati, kita tentu sangat merindukan yang lain. Kita mendambakan hadirnya generasi Rabbani. Generasi yang ilmunya dalam. Hatinya dekat dengan Tuhan. Kebaikan pun tak pernah jauh dari tangan.

Apa itu Rabbani?

Generasi Rabbani bukan cuma sebutan. Itu adalah karakter. Watak yang kuat. Taat, tidak menzalimi. Hatinya tak pernah ingin melukai orang lain. Ia juga peduli pada sekelilingnya.

Tuhan menegaskan dalam Alquran, orang Rabbani itu mengajar. Mereka mengamalkan ilmunya dengan sadar. Ini bukan soal ritual semata. Walakin soal karakter dasar. Ia bahkan menjiwai setiap gerak hidupnya.

Secara sosial generasi Rabbani adalah mereka yang sadar untuk menawarkan solusi yang holistik dan komprehensif guna menjawab problematika umat berdasarkan nilai-nilai Islam.

Komitmennya terhadap nilai kebaikan teguh, orientasinya untuk mencerdaskan bangsa kokoh dan kesukaannya mengajak umat manusia dalam kebaikan.

Makna Rabbani

Secara bahasa “Rabbani” adalah orang yang memiliki sifat sesuai dengan apa yang Allah harapkan. Kata Rabbani merupakan kata tunggal, untuk menyebut sifat satu orang. Sedangkan bentuk jamaknya adalah rabbaniyun.

Ibnu Jauzi dalam Zaadul Masir fi Ilmi At-Tafsir mengutip pandangan dua sahabat Nabi Muhammad SAW.

Ali bin Abi Thalib ra, mendefinisikan Rabbani sebagai generasi yang memberikan hidangan lezat bagi jiwa manusia dengan ilmu (hikmah) dan mendidik mereka atas dasar ilmu.

Kemudian Ibnu Abbas ra dan Ibnu Zubair mengatakan, “Rabbaniyun adalah orang yang berilmu dan mengajarkan ilmunya.”

Tantangan

Namun hidup tak selamanya mulus. Kita sekarang berhadapan dengan dunia baru, dunia digital.

Nah, hidup di era gawai, tantangannya besar. Teknologi bisa menjadi penolong iman. Namun pada sisi lain teknologi bisa juga jadi pengikisnya.

Semuanya kembali pada cara kita memakainya. Media sosial bisa jadi sarana dakwah. Tempat belajar Al-Qur’an. Ruang menebar kebaikan.

Namun, ia juga bisa menjerumuskan. Jika hanya dipakai untuk pamer. Atau sekadar tempat lari dari kenyataan. Sudahkah kita jadikan gawai sebagai teman? Teman yang menuntun pada kebaikan?

Peran Orang Tua

Pada kenyataan yang demikian, dari sinilah peran orang tua menjadi penting. Anak-anak belajar bukan dari kata. Mereka belajar dari contoh nyata.

Sholat tepat waktu. Berpakaian sopan. Membatasi gawai. Semua itu adalah teladan yang mesti orang tua perjuangkan. Sebab teladan jauh lebih kuat dari seribu nasihat.

Sebelum kita harap anak menjadi generasi Rabbani, kita harus jadi Rabbani dulu. Tanamkan nilai itu dalam keseharian kita.

Membentuk Generasi Rabbani

Membentuk generasi Rabbani bukan cuma soal ibadah. Ini juga tentang membangun karakter sosial.

Anak harus terbiasa berinteraksi. Harus kita latih bersosialisasi. Biasakan mereka peka pada orang lain. Ajak ke masjid. Libatkan dalam kegiatan sosial. Ajari mereka bicara di depan umum. Hal-hal sederhana ini adalah fondasi. Dari sana akan tumbuh kepekaan dan keberanian.

Pada akhirnya, refleksi ini kembali pada kita. Terlalu sibukkah kita dengan identitas digital? Sampai lupa identitas spiritual? Atau terlalu banyak bicarakah kita? Sampai lupa mendengar generasi muda?

Jika tak ingin generasi ini jauh dari agama, mari mulai dari hal kecil. Jadilah teladan hidup yang Rabbani.

Tadrusun

Ingat salah satu poin tentang generasi Rabbani adalah “tadrusun” (QS. Ali Imran: 79). Apa itu?

“Tadrusun” artinya mau dan tekun mempelajari kitab. Dalam kata yang lain generasi ini selalu belajar dan belajar, dan tidak pernah berhenti untuk belajar. Generasi model ini siap berubah manakala menemukan sikap hidup yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kebaikan.

Dengan begitu, bukan hanya anak yang belajar. Kita juga mesti senang belajar. Karena hanya dengan cara itu semata kita akan terus tumbuh. Tumbuh menjadi pribadi yang dekat dengan Tuhan. Pribadi yang berguna bagi sesama. Pribadi yang insya Allah Rabbani, yang tak bisa diam kala kegelapan melanda. Juga tak mau berhenti menebar cahaya..*

Mas Imam Nawawi