Setiap orang rasanya memiliki yang namanya visi. Apalagi kalau seseorang aktif dalam organisasi dan pemerintahan. Namun apakah setiap yang punya visi terjamin tidak akan alpa dengan terobosan. Pada tahap ini kita perlu sama-sama berdialog.
Kita ambil visi Indonesia 2045, menjadi negara dengan generasi emas. Apakah cita-cita ini pasti akan terwujud atau tidak?
Tak mudah menjawabnya. Orang yang fokus menilai cara pemerintah bekerja, ada yang optimis ada yang pesimis. Bahkan ada yang mempertanyakan, bisa terwujud atau tidak.
Misalnya, apakah Indonesia Emas akan terwujud di tengah kasus korupsi tak pernah mengenal kata henti. Kemudian, apakah Indonesia Emas akan kita rasakan kalau wakil rakyat sibuk menjelaskan bahwa tunjangan besar itu rasional.
Gagasan Menerobos
Tapi kita tidak akan fokus pada cara mereka yang begitu cara melihat fakta dan cita-cita. Saya ingin mengarah pada bagaimana kita punya terobosan alias gagasan yang menerobos.
Secara makna terobosan adalah langkah baru yang berbeda dari pola umum atau cara biasa. Langkah ini bersifat inovatif, cepat dan efektif dalam menjawab tantangan atau hambatan yang ada.
Terobosan kita perlukan sebagai upaya memberi lompatan untuk pencapaian visi atau cita-cita dengan lebih cepat.
Dalam kata yang lain kita akan mengarahkan pikiran dan energi pada upaya menganalisa kondisi dan hambatan. Ketika kita dapat mengidentifikasi faktor penghambat (internal maupun eksternal) kita akan mudah membuat cara baru yang efektif untuk memecah kebuntuan.
Menariknya, saat itu kita temukan, kita akan punya semangat mengeksekusi dan komitmen dalam mewujudkannya melalui proses yang efektif.
Dalam segala jenis masalah, hambatan dan rintangan kita dapat mewujudkan Indonesia Emas 2045, kita tidak fokus pada hal itu. Walakin kita berupaya menjadi arsitek kemajuan dengan menyiapkan gagasan yang secara langsung berupaya memperbaiki kondisi bagian kecil masyarakat dengan pilihan strategis yang relevan.
Tanamkan Keunggulan
Saya selalu ingat ungkapan yang mengatakan bahwa untuk bisa mengubah dunia kita harus mengubah pikiran diri sendiri. Dalam hal ini tugas kita yang paling penting adalah menanamkan keunggulan.
Rina Indiastuti, Guru Besar Ekonomi Unpad dalam opini “Dosen di Garis Depan Generasi Emas 2045” menegaskan bahwa kita harus bisa menjadi pemantik lahirnya SDM yang unggul.
Bagaimana SDM yang unggul itu? Tidak lain adalah yang punya karakter, memiliki life skill, dan ketangguhan sosial.
Dalam bahasa Prof. Daniel Rasyid pada acara Ngopi Pendidikan secara online (21/8/25), kita harus mendorong pendidikan yang mendewasakan. Indikasi dewasa sederhana, umur 18 tahun anak kita sudah siap menikah.
Gagasan Prof Daniel ini tampak sederhana. Tapi jangan salah, Jepang yang maju secara ekonomi kini berada pada kondisi akan punah karena rakyatnya tak tertarik menikah.
Itulah sebabnya, Prof Daniel menegaskan bahwa pendidikan itu bukan untuk semata bekerja. Tapi bagaimana menjadi manusia yang punya visi mulia, bertanggung jawab dan peduli pada kemaslahatan dunia.
Jadi, sekarang kita semakin sadar bahwa visi mulia tak boleh membuat kita alpa dalam membuat terobosan. Dunia selalu berubah di tangan orang-orang yang mampu berpikir menerobos.*