Home Artikel Melakukan Terobosan, Kita Perlu Itu!

Melakukan Terobosan, Kita Perlu Itu!

by Imam Nawawi

Dalam dunia sepakbola lazim kita kenal istilah umpan terobosan. Jenis passing yang membelah pertahanan lawan dan mengirim bola ke daerah kosong, sehingga memudahkan striker menciptakan gol ke gawang lawan. Dan, dalam kehidupan sehari-hari, ktia selalu butuh untuk melakukan terobosan.

Seringkali orang tidak menyadari bahwa dari hari ke hari dirinya hanya melakukan hal-hal yang rutin, biasa dan karena itu kadang muncul rasa bosan.

Baca Juga: Pemuda Menerobos Masa Depan

Padahal setiap waktu yang datang, selalu ada kesempatan diri menjadi lebih baik. Lebih jauh, itu adalah anugerah Allah yang tentu saja sangat baik jika kita isi dengan karya-karya nyata walau sederhana.

Oleh karena itu melakukan terobosan (making a breakthrough) merupakan satu kebutuhan agar hidup kita terus dinamis, berenergi dan tentu saja membawa peningkatan, baik produktivitas maupun kualitas.

Memahami Akar Masalah

Memahami akar masalah adalah syarat penting seseorang bisa melakukan terobosan dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai contoh, tiba-tiba perasaan hati malas, tidak bergairah, malas ketemu orang. Begitu kita ikut saja arus itu tanpa mengetahui sebabnya, maka kita akan benar-benar termakan kemalasan.

Akan tetapi begitu diri bergerak, mulai dari akal, hati dan perasaan, menemukan akar masalah mengapa bosan melanda, maka seketika akan muncul energi, gairah untuk melawan rasa yang merusak itu.

Dan, biasanya ketika kondisi itu hadir, seseorang akan berani untuk melawan arus, mengambil keputusan, bahkan berani mengambil risiko..

Risiko paling kecil yang orang berani hadapi adalah mau berlelah-lelah melakukan beragam kebaikan, baik sifatnya ibadah vertikal maupun sosial.

Terobosan Seorang Muhammad

Kita ketahui Nabi Muhammad SAW kala masih kecil adalah seorang penerobos. Menyadari kondisi diri yang yatim dan ingin membantu ekonomi sang paman, maka beliau bekerja dengan menggembalakan kambing. Kemudian berdagang, hingga mahir dan sukses menjadi konglomerat.

Namun substansi terobosan sebenarnya bukan sebatas pada pilihan kasat mata, seperti menjadi penggembala atau menjadi pedagang.

Tetapi lebih pada keyakinan kuat bahwa menjadi apapun karakter diri harus terus diperjuangkan, mulai jujur, kerja keras, dan dapat dipercaya.

Belakangan banyak kaum muda mudah menyerah dan ogah dengan kerja keras. Alasannya simpel, sekarang eranya kerja cerdas. Itu tidak salah, tapi apakah ada kecerdasan yang orang raih tanpa kerja keras, usaha keras dan penuh perjuangan?

Fokus

Generasi muda Islam kini berhadapan dengan beragam krisis kehidupan, mulai kepemimpinan, pangan, hingga energi.

Sebagai bangsa yang mendapat perintah utama membaca dengan basis nilai Bismirabbik, penting untuk kaum muda Muslim mampu menjawab itu semua.

Kalaulah tahun 2024 kaum muda Islam belum ada yang mampu tampil sebagai calon presiden, setidaknya pada 2029 hinnga 2045 kaum muda sudah mulai siap untuk menjadi penentu kebaikan kehidupan, umat, rakyat, bangsa dan negara.

Menuju 2029 itu harus berlatih pada 2024. Peran apa secara kepemimpinan yang dapat kita kontribusikan. Karakter apa yang kita perlukan untuk menjadi pemimpin pada masa yang akan datang.

Menjadi pemimpin sendiri tidak bermakna berburu jabatan. Tetapi memberi pengaruh positif untuk Indonesia yang progresif dan beradab. Butuh anak muda, butuh terobosan. Yakni menyatunya tekad, visi dan mentalitas atau karakter penting dalam diri seorang Muslim.

Terobosan seperti itulah yang umat Islam nantikan dan bangsa Indonesia dambakan. Sekalipun praktik tidak berakhlak banyak oknum pejabat pertontonkan, bagaimanapun itu bukan jalan yang Tuhan sarankan kita memilihnya. Itu jalan kerusakan. Bukan jalan kebaikan.

Baca Lagi: Ide Konstruktif untuk Negara

Justru terobosan sesungguhnya kita tetap berusaha menjadi manusia yang berkarakter, berakhlak mulia dengan kemampuan leadership, entrepreneurship dan penguasaan sains dan teknologi yang memadai dan bahkan unggul.

Itulah syarat mendasar kita bisa melakukan terobosan dalam mengisi kemerdekaan secara bermartabat.*

Mas Imam Nawawi

 

Related Posts

Leave a Comment