Mas Imam Nawawi

- Kisah

Weekend yang Padat Kebaikan

Weekend ini saya mengalami kondisi yang benar-benar padat dalam kebaikan. Depok ke Jakarta ke Depok lagi. Ya, saya bolak dan balik untuk sharing, berbagi pengalaman dan inspirasi. Berbagi dengan berbicara itu tampak sederhana, mudah dan siapapun bisa melakukan. Namun, ada energi yang sangat besar terkuras dalam melakukan itu. Ternyata, sistem penjelasnya tersedia. Pertama, karena berbicara […]

Memori saya juga teringat pada satu ungkapan lainnya. “Sebaik-baik manusia adalah yang terbaik akhlaknya dan paling bermanfaat bagi manusia.” Semoga dengan aktivitas kebaikan yang padat tapi sebenarnya tak seberapa diri ini bisa bermanfaat bagi sesama

Weekend ini saya mengalami kondisi yang benar-benar padat dalam kebaikan. Depok ke Jakarta ke Depok lagi. Ya, saya bolak dan balik untuk sharing, berbagi pengalaman dan inspirasi.

Berbagi dengan berbicara itu tampak sederhana, mudah dan siapapun bisa melakukan. Namun, ada energi yang sangat besar terkuras dalam melakukan itu.

Ternyata, sistem penjelasnya tersedia. Pertama, karena berbicara di depan audiens itu mengharuskan orang berpikir keras dan fokus.

Jadi, saat kita bicara, otak bekerja menemukan ide, menyusun argumen, mengingat informasi dan bagaimana dapat kita sampaikan dengan baik, menarik, benar dan menggerakkan kesadaran audiens.

Nah, aktivitas kognitif itu mengkonsumsi banyak glukosa dan oksigen, yang merupakan sumber energi utama bagi otak. Kalau ada yang lelah usai memaparkan materi, ini salah satu argumentasinya.

Beban Mental

Kedua, berbicara, mencerahkan orang lain termasuk urusan yang menjadi beban bagi mental dan emosional. Apalagi kalau ada dialog.

Berinteraksi dengan audiens, menjawab pertanyaan, dan menanggapi tanggapan mereka juga dapat menimbulkan beban mental dan emosional.

Meskipun interaksi ini positif, tetap saja membutuhkan energi untuk memproses informasi dan menjaga fokus.

Baca Juga: Cinta untuk Maju Terus dalam Kebaikan

Belum lagi kalau kita melakukan itu dengan cara duduk atau berdiri dalam waktu yang lama. Itu juga menimbulkan kelelahan otot dan fisik secara keseluruhan.

2 Tempat

Bersyukur sekali, aktivitas berbicara itulah yang saya lakukan di dua tempat berbeda: Jakarta dan Depok.

Kegiatan di Jakarta, saya berbicara tentang bagaimana berdakwah di media sosial. Selanjutnya saya berbicara tentang 1 tahun genosida Israel atas Gaza Palestina di Masjid Baitul Iman, Depok, Jawa Barat.

Memang saya hanya berbicara di dua tempat. Tapi karena waktunya yang tidak berurutan, membuat saya tiba di rumah tidak kurang dari pukul 22:00 WIB.

Jadi, bagi saya, ini weekend yang benar-benar padat dengan kebaikan, semoga mendatangkan kebaikan bagi kita semua.

Saya teringat sebuah ungkapan, “Jika waktumu padat untuk kebaikan, maka bersyukurlah. Insha Allah umurmu berkah dan terus dalam kebaikan.”

Memori saya juga teringat pada satu ungkapan lainnya. “Sebaik-baik manusia adalah yang terbaik akhlaknya dan paling bermanfaat bagi manusia.” Semoga dengan aktivitas kebaikan yang padat tapi sebenarnya tak seberapa diri ini bisa bermanfaat bagi sesama.

Jadi, ayo teman-teman maju terus dalam kebaikan.*

Mas Imam Nawawi

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *