Siapa tidak terkejut, membaca berita bahwa ada ternyata orang berwatak serakah, meski ia pemilik barang mewah.
Kompas.com mengabarkan berita dengan judul: “Ahmad Saefudin, Pemilik Rubicon Mario, Terdaftar sebagai Penerima BLT.”
Seingat saya, teman-teman yang tinggal di pelosok desa tak semua terdaftar sebagai penerima BLT. Sebagian mungkin hanya tahu BLT, tetapi apa BLT, belum tentu tahu.
Tetapi ini orang pemilik Rubicon, terdaftar penerima BLT. Kata teman kalau kecewa saat masih kuliah dulu, “Rusak iki!” Ucapkan dengan gaya arek Suroboyan.
Baca Juga: Kumpulkan Kekayaan dengan Korupsi Apa untuk Siap-Siap Inflasi?
Bantuan yang semestinya menjadi hak penduduk yang tidak mampu, eh ini orang kaya yang menerima. Apakah ini yang namanya tidak tepat sasaran?
Pak RT malah yang tahu akan hal itu. “Dapat BLT masih dapat,” ungkap Kamso Badrudin, Ketua RT 01 Mampang Prapatan, Jakarta Selatan (2/3/2023).
Segala Cara
Tapi, pembaca harus tetap tenang. Ahmad Saefudin ini memang orang yang berhak menerima BLT. Kata Pak RT, Kamso, Saefudin tinggal sendiri, kemana-mana pakai motor tua.
Kemudian Direktur Pencegahan dan Monitoring KPK, Pahala Nainggolan, juga meragukan, bagaimana Ahmad Saefudin yang tinggal dalam gang bisa memiliki Rubicon.
“Menindaklanjuti karena dia bilang yang kita lihat [surat dokumen kendaraan] nama Ahmad Saefudin apa AS ya itu. Kita lihat di lapangan, gang dan orangnya tidak ada lagi di situ,” kata Pahala di Gedung KPK, Jakarta, Kamis (2/3), seperti dilansir CNN.
Laporan CNN lebih detail lagi, gang itu lebar jalannya kurang lebih dua meter. Kanan kiri ada saluran air, masing-masing memiliki lebar setengah meter.
Gang itu hanya bisa untuk dua buah sepeda motor dari arah berlawanan, itu pun pengendara harus berbagi ruang agar tak saling bersenggolan.
Keraguan pejabat KPK itu memang tepat, sebab sehari-hari Saefudin bekerja sebagai office boy sembari berdagang kopi.
Lantas mengapa namanya ada dalam STNK Rubicon yang kini jadi cerita bak sinetron?
Bingung bukan? Jangankan saya dan sahabat semua, media saja geleng-geleng kepala dengan fakta ini. Sepertinya cocok senandung yang viral di media sosial, “Entah siapa yang salah, ku tak tahu.”
Tetapi mungkin itulah yang sering para orangtua ingatkan kepada anak muda, jangan serakah.
Begitu kamu serakah, kamu sudah bukan manusia. Teringat saya dengan cuplikan video betapa yang namanya monyet, sangat serakah.
Mulut, tangan, kaki, semuanya digunakan untuk menggenggam makanan. Sampai sampai sang monyet tidak bisa berjalan karena harus mengamankan makanan yang digenggam atas dasar kerakusan.
Melanggar
Orang yang serakah tidak akan nyaman kalau tidak berbuat salah.
Pak Kamso pun bicara bahwa tidak mungkin Saefudin punya Rubicon. Bisa jadi itu adalah pencatutan nama. Dan, yang bisa melakukan hal-hal seperti itu adalah orang yang tahu tapi tidak mau tanggung jawab.
Baca Lagi: Viral Akhlak Penentu Kemenangan
Seketika saya ingat ceramah Allahu Yarham KH Hasyim Muzadi dalam satu video, bahwa yang bisa melanggar hukum adalah pakar hukum. Yang bisa melanggar UU adalah pembuat UU.
Pesan beliau kepada hadirin kala itu, lebih baik sungguh-sungguh mendidik anak bener baru pinter. Daripada mendidik pinter baru bener, jadinya pasti keblinger.*