Home Hikmah Waktunya Kita Hentikan Budaya Canda yang Menyakiti Hati
Canda

Waktunya Kita Hentikan Budaya Canda yang Menyakiti Hati

by Imam Nawawi

Dalam kehidupan dunia yang semakin terbuka ini, banyak dari kita mungkin merasa bebas berbicara, bahkan dalam bentuk canda. Tapi seringkali, canda yang meluncur justru menjadi luka tersembunyi bagi yang mendengarnya. Salah satunya adalah bercanda tentang penampilan fisik seseorang, seperti yang terjadi pada dua percakapan yang saya temui.

Ketika itu saya masih asik membaca dan menulis. Tiba-tiba muncul artikel melalui WA Group dari kolegaku di Kalimantan.

Saya masih ingat dengan jelas kalimat yang membuat hati saya terhenti sejenak: “Masya Allah, udah besar-besar anaknya. Ini yang dulu ganteng yah? Wah sudah menghitam sekarang, dulu putih imut.”

Kalimat itu mungkin dianggap bercanda, tapi bagi yang mendengarnya, itu bisa seperti duri yang tertancap dalam hati, melukai tanpa terasa. Canda semacam ini hanya akan mengikis harga diri seseorang tanpa kita sadari.

Begitu juga dengan cerita kolega saya yang mengenang ucapan seorang guru di masa kecilnya, “Sudah kecil, hitam pula!”

Kata-kata itu kini masih membekas dalam jiwanya. Ia memikul beban batin yang terus menghujam. Orang yang mengatakan mungkin telah lupa. Tapi ucapan buruk itu benar-benar menancap, mengukir kenangan buruk sepanjang hidup.

Menghargai Sesama dalam Setiap Kata

Sebagai seorang Muslim, apalagi yang rajin shalat, seharusnya kita tahu bahwa kata-kata adalah cermin dari hati yang tulus. Sesuai dengan hadis Nabi Muhammad SAW.

“Sesungguhnya seseorang itu tidak akan dianggap beriman hingga dia mencintai untuk saudaranya apa yang dia cintai untuk dirinya sendiri”.

Kalau kita tidak ingin direndahkan atau disakiti dengan ucapan, maka seharusnya kita juga tidak berbicara begitu kepada orang lain.

Sungguh kata-kata yang menyakitkan tidak hanya berpengaruh pada hubungan antar manusia, tetapi juga bisa mengganggu kedamaian hati.

Menggunakan kata-kata seperti duri yang tersembunyi di balik tawa adalah sebuah kesalahan yang tak seharusnya terjadi di tengah umat Islam yang seharusnya saling menghargai.

Canda yang baik adalah yang membangun, bukan yang meruntuhkan. Jika kita tak bisa membuat orang lain tertawa dengan kebahagiaan, setidaknya jangan biarkan ucapan kita menggores luka di hatinya.

Canda yang Mengiris Seperti Pisau Tajam

Canda seperti ini ibarat pisau tajam yang dalam genggaman tangan yang tidak hati-hati. Meski berbentuk tawa, pisau itu tetap bisa melukai dan meninggalkan bekas. Jangan biarkan kata-kata kita menjadi pisau yang menusuk hati sesama.

Canda yang seharusnya membawa kebahagiaan bisa dengan mudah berubah menjadi racun yang mematikan semangat orang lain. Seperti halnya pisau yang sekali melukai badan. Pasti membekas. Begitu pula ucapan yang sudah terucap, tidak bisa terhapus dari ingatan.

Mari berhenti mempergunakan canda sebagai senjata yang merusak. Jadikan setiap kata yang keluar dari mulut kita sebagai doa dan harapan untuk kebaikan.

Sebuah kata yang baik mampu memperbaiki hubungan, sedangkan kata yang buruk hanya akan mengundang luka. Semoga kita semua bisa menjaga lisan kita dengan lebih bijaksana, sebagai bentuk kasih sayang kepada sesama.

Pesan Rasulullah SAW

Tentu kita ingat bahwa sebagai Muslim kita mendapat mandat untuk berkata baik. “Berkata yang baik atau diam” adalah ajaran Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim.

Hadis ini merupakan pengingat untuk selalu menjaga ucapan kita. Mengapa dianjurkan berkata baik atau diam?

  1. Agar tidak menyakiti hati orang lain
  2. Agar tidak berbuat dosa, seperti ghibah, mengadu domba, dan candaan berlebihan
  3. Agar bisa termasuk dalam golongan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir
  4. Agar bisa mendapatkan kebaikan
  5. Agar bisa menjadi sumber pahala

Kiranya kita harus memulai membangun tradisi baru. Tidak mudah berkata-kata yang tampaknya biasa tapi ternyata itu sangat berbisa. Mungkin ini butuh kesadaran, tapi kita bisa memulai dengan melatihnya dari sekarang.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment