Ustadz Jamaluddin Nur, sosok yang tidak saja menjadi kebanggaan santri dan kader Hidayatullah di Batam dan Kepulauan Riau, tetapi menjadi kebesarhatian warga dan banyak tokoh di Batam, Kepri, bahkan Indonesia. Kalau saya bersambang ke Batam, Ustadz Jamaluddin Nur selalu mengatakan, “Kalau untuk pemuda, ayo. Silakan!”
Saya memiliki dua kenangan indah bersama beliau. Pertama, ketika mendampingi beliau mendapatkan anugerah sebagai dai dan tokoh pendidikan dari Pemkot Kota Batam.
Kala itu saya mendapat kepercayaan dari beliau untuk mengabadikan momen beliau bersama keluarga dan kader Hidayatullah Batam menerima penghargaan yang membanggakan itu.
Baca Juga: Pesan Ustadz Jamal: Isilah Hari dengan Kerja Keras
Kedua, pada saat Pemuda Hidayatullah Kepulauan Riau menyelenggarakan LTC yang berangkai dengan Rapat Pleno PP Pemuda Hidayatullah, beliau memberikan saya dan teman-teman, masing-masing satu jam tangan. Jam tangan itu masih ada dan saya simpan.
Sekedar berbagi informasi, itu adalah momentum pertama kali saya memiliki jam tangan. Memang saya termasuk orang yang tidak begitu menikmati aksesoris. Namun sejak itu saya menjadi sedikit ingin tahu soal jam tangan. Jam tangan dari Ustadz Jamaluddin Nur itu pun sampai sekarang masih saya simpan.
Gemar Membaca Pandai Bergaul
Namun demikian momentum saya bersama Ustadz Jamaluddin Nur tidak sebatas pada dua kesempatan tadi. Saya bahkan sangat senang ketika pertama kali ke Batam, kemudian beliau ajak makan sop ikan, pulang dari makan malam itu, berbagai pertanyaan saya sampaikan ke beliau. Terjadilah dialog yang membuat teman-teman lainnya juga senang menyimaknya.
Saya bertanya kepada beliau. “Apa yang Ustadz lakukan waktu jadi santri di KMM dahulu?”
Beliau langsung menepuk pundak kanan saya, karena saya berada di samping beliau di dalam mobil.
“KMM itu tempat santri yang aktif bekerja secara fisik. Tapi saya perhatikan, Ustadz Abdullah Said itu orang yang rajin membaca. Maka saya pun, selalu berusaha menyelipkan buku pada pinggang saya setiap kerja bakti. Nanti istirahat, teman-teman istirahat, saya gunakan waktu luang membaca,” tuturnya.
Tentang keahlian beliau yang mampu membangun networking bagus ke semua kalangan, juga pernah saya tanyakan.
“Kalau soal itu, adinda (biasa beliau menyapa para juniornya) harus memiliki tujuan yang jelas. Bawa program-program keumatan. Hargai siapapun yang kita temui dengan baik. Kemudian ajak terlibat dalam kebaikan. Setelah itu rawat hubungan, walau sekedar bertanya, apa kabar. Kunjungi dan berikan sesuatu sebagai hadiah, tidak harus mahal,” kata beliau.
Penjelasan itu terasa mendalam bagi saya, karena memang semua orang mengetahui, Ustadz Jamaluddin Nur memang antusias sekali dalam hal ilmu dan jaringannya benar-benar luas dan kuat.
Pemuda
Kembali pada soal pemuda, Ustadz Jamaluddin Nur adalah sosok yang amat peduli dan cinta kepada para pemuda.
Saya dan teman-teman Pengurus Pusat Pemuda Hidayatullah menjadi saksi, betapa beliau totalitas mendukung agenda-agenda Pemuda. Terupdate kala saya ke Kepulauan Riau, saya ingat, Bang Umair, selalu Ustadz Jamal telpon sekedar menanyakan apakah Ketum Pemuda sudah makan.
Baca Lagi: Jangan Jadi Manusia Text Book Thinking
Jika ada agenda pemuda, beliau selalu terdepan, tidak mau terlambat. Bahkan ketika LTC pada akhir 2022 digelar di Batam terjadi mati listrik, beliau rela menunggu dan mendampingi agenda pembukaan LTC di dalam masjid.
Beliau mengatakan, “Kalau untuk pemuda, ayo, silakan! Gunakan semua fasilitas ini untuk perkaderan anak-anak muda. Ini memang untuk kalian berkiprah, berproses menjadi pemimpin,” ungkap beliau.
Sekarang Ustadz Jamaluddin Nur telah menuntaskan tugas kehidupannya di dunia. Semoga beliau bahagia di alam barzakh. Dan, legacy beliau dalam bentuk pesantren dan gagasan-gagasan yang kami terima dapat menjadi amal jariyah yang terus mengalir pahalanya.
Bahkan prestasinya membangun pesantren semoga Allah wariskan kepada kaum muda yang kelak akan memimpin umat, bangsa dan negara. Selamat jalan Ustadz Jamaluddin Nur, engkau sosok yang luar biasa.*