Ustadz Irwan Kelana saya kenal sebagai sosok jurnalis senior yang penuh karya.
Tentu saja, karya jurnalistiknya sudah sulit untuk saya menghitungnya.
Namun, pria yang pernah juga menulis cerita anak dan mendapat liputan Tempo pada Kamis 23 Maret 2006 itu juga sangat produktif menulis cerpen.
Sedikit menyelam soal cerpen. Pria berkacamata itu berpesan bagaimana cara menemukan ide untuk menulis cerpen.
Baca Juga: Antara Komentar dan Karya
“Bisa dari mana saja: membaca cerpen karya orang lain, membaca berita di media, mendengarkan cerita orang lain, imajinasi, atau pengalaman pribadi,” itu paparannya dalam artikelnya tentang “Cerita di Balik Cerita: Cerpen “Merpati-Merpati Mekkah.”
Namun ada satu hal lagi yang sangat urgen, yakni selalu mau “nuglik” atau mencari/menggali ide-ide cerpen.
Selalu Senang Membantu
Setiap saya bertemu Ustadz Irwan Kelana, pesan yang terus beliau sampaikan adalah kita harus selalu senang membantu orang lain.
Mungkin bantuan kita seperti kecil dan biasa. Tapi kalau orang membutuhkan itu, berikan.
Nanti, biar Allah yang membalas kebaikan yang kita berikan. Jangan berharap kepada orang yang kita bantu.
Saya sendiri sejak bersahabat dengan Ustadz Irwan Kelana berulang kali dapat kesempatan membantu orang-orang yang membutuhkan.
Ada seorang ibu, janda, dan tidak mampu. Ia harus rela diusir dari kontrakannya karena tak mampu membayar.
Beruntung Ustadz Irwan Kelana mengontak BMH. BMH pun menerjunkan tim, membantu sang ibu itu yang ternyata juga mengalami sakit pada kakinya.
Realita hidup memang tidak sepi dari kisah-kisah orang yang benar-benar bertaruh hidup. Tidur berkasurkan tanah, beratap langit, adalah satu dari sekian banyak fakta dan cerita kehidupan.
Namun, kepedulian kita semua dan kesediaan membantu sesama akan menjadi solusi bagi mereka yang membutuhkan.
Warkop Pasir Putih
Belakangan Ustadz Irwan Kelana membuka warkop di daerah Pasir Putih Depok.
Baca Lagi: Rumus Bahagia
Warkop itu beliau dedikasikan untuk sang putra bungsu agar kelak menjadi entrepreneur yang tangguh.
“Saya tidak meyakini bahwa bangsa China itu sukses berdagang karena bakat. Bagi saya dagan bisa kita latih. Jadi ini saya jadikan wadah anak saya berlatih agar kelak menjadi pengusaha sukses,” kata Ustadz Irwan Kelana sembari tangan saya menikmati kentang goren yang beliau sediakan.
Luar biasa, Ustadz Irwan Kelana tidak merasa usia sebagai hal yang harus menghambat melakukan terobosan-terobosan kebaikan. Terlebih untuk kemajuan putra bungsu beliau.
Senang sekali hari ini bisa bertemu Ustadz Irwan Kelana. Sosok penuh karya, murah senyum dan berhasil mendidik seluruh putra dan putrinya.
Saat saya menulis artikel ini, putri beliau yang bernama Tamara sedang melaksanakan ibadah haji. Luar biasa, berkah selalu, Ustadz.*