Home Artikel Urgensi Pertanyaan Untuk Apa?
Urgensi Pertanyaan Untuk Apa?

Urgensi Pertanyaan Untuk Apa?

by Imam Nawawi

Dalam beberapa dialog dalam film, saya sering mendapati pertanyaan: “Untuk Apa?”

Soal semacam itu biasanya lahir ketika ada orang lain yang mengajak untuk melakukan sesuatu. Sebuah indikasi bahwa idealnya kita sedari awal, sebelum melakukan sesuatu, telah memastikan tujuan yang jelas.

M. Sayuti Dt. RP pun menangkap hal itu dalam sejarah proklamator kemerdekaan Indonesia, Bung Hatta.

Dalam buku “Keteladanan Bung Hatta” kita dapat melihat untuk apa pria yang tertib, konsekuen, hemat, bersahaja, santun, jujur dan religius itu sekolah ke Belanda sampai 11 tahun.

Pendek kata untuk menyiapkan diri memiliki ilmu, wawasan, kecerdasan dan kesiapan mental menjadi pemimpin negeri, agar segera bebas dari penjajahan Belanda.

Bung Hatta bahkan mengambil konsentrasi pembelajaran pada bidang ekonomi, tepatnya koperasi.

Tak merasa cukup di Belanda, Hatta muda meluncur ke Swedia, Norwegia, dan Denmark, untuk melihat langsung bagaimana praktik ekonomi berbasis koperasi berkibar di tiga negara itu.

Baca Juga: Serakah Vs Sedekah

Sebagian tahu, mungkin yang lain tidak. Saat berada dalam sidang-sidang BPUPKI, Bung Hatta adalah sosok konseptor dari lahirnya Pasal 33 UUD 1945 yang berisi tentang sistem perekonomian Indonesia.

Keuntungan

Kalau kita pernah merasa stuck atau bingung saat belajar, kerja, atau bahkan saat ngobrol sama teman, maka boleh jadi kita perlu bertanya: “Untuk Apa?”

Bertanya bukan cuma buat anak kecil yang penasaran sama dunia, tapi juga senjata ampuh buat siapapun untuk terus berkembang dan beradaptasi di era yang serba cepat ini.

Tanpa tahu tujuan, seseorang akan mudah lesu, lemas, bias dan menyimpang dari tujuan awal. Hal itu karena pengendali dirinya dalah soal perasaan, bahkan mungkin hanya sebatas nyaman, senang atau tidak.

Padahal semestinya tidak seperti itu, kalau kita mau bertanya. Dengan bertanya, kita bisa terus update pengetahuan dan skill, biar tidak ketinggalan zaman.

Mau jadi content creator, programmer, atau apapun, kemampuan bertanya bakal jadi modal utama buat kalian terus belajar hal-hal baru, tatapan pasti, yakin dan hidup penuh semangat.

Dan, seperti Bung Hatta, bertanya melatih diri sendiri tidak mudah percaya atas informasi yang beredar. Seseorang bakal terbiasa mencari tahu kebenarannya, membandingkan sumber, dan menganalisis informasi secara kritis. Ini penting banget di era hoax dan informasi palsu yang merajalela.

Baca Lagi: Menyala: Energi Positif dalam Kehidupan

Jadi, satu langkah bijak juga, saat kita ingin membuka media sosial, kita pastikan telah ada tujuan yang hendak dicapai. Jangan asal membuka, nanti akan main scroll sampai lupa waktu.

Cara Baru

Waktu terus bergulir, teknologi terus berkembang, budaya orang juga berubah. Watak dan kebiasaan generasi jauh berbeda antara yang tua dan yang muda. Tentu ini menuntut kemampuan kita bertanya lebih kritis, lebih dalam, agar dapat menemukan “jawaban.”

Ketika seseorang terus bertanya dengan tepat, maka ia akan menemukan jalan (cara baru) dalam menghadapi tantangan yang terus berkembang.

“Cara-cara lama tidaklah mempan, dan mengandalkan cara lama hanya akan menciptakan bencana,” begitu Eric Barker dalam bukunya “Mendaki Tangga yang Salah” menulis.

Setidaknya kita bisa belajar dari Bung Hatta, tekun belajar, bahkan sampai ke Belanda tujuannya jelas, menjadi pemimpin Indonesia dengan tawaran solusi Indonesia merdeka, adil dan makmur, spesifik pada bidang ekonomi.

Lantas apa dengan yang kita lakukan hari ini? Apakah untuk Indonesia atau hanya untuk suka-suka?

Pada level menemukan jawaban dari pertanyaan untuk apa, setiap jiwa akan menemukan jalan, akan melihat arah dan tentu saja dengan itu ia bisa terus istiqomah dalam kebaikan dan kemajuan bangsa.

Lebih dari apapun, inilah cara untuk tidak mudah lelah, bosan dan kehilangan arah hanya karena situasi kondisi yang berubah-ubah.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment