Jumat (10/6/22) saya menyimak khutbah dari khotib, Ustadz Nasfi Arsyad, Lc. Ia membawakan materi tentang umat Islam sangat perlu bahkan harus berupaya menguatkan kapasitas Sumber Daya Insani (SDI).
Mantan Ketua STIS Hidayatullah Balikpapan itu menggugah jama’ah Sholat Jumat bahwa ketertinggalan umat Islam dalam konstalasi peradaban bukan karena orang Yahudi dan Nasrani yang unggul.
Akan tetapi karena umat Islam abai dalam gerakan membangun kesadaran kekuatan Sumber Daya Insani.
Baca Juga: Membangun Fokus dan Arus
Umat Islam banyak yang larut dalam kenikmatan ibadah mahdhah. Lalu abai bagaimana menghadirkan SDI yang unggul dan berkualitas.
Padahal pada masa perjuangan Islam pertama, Rasulullah SAW mendapati para sahabat yang mengitarinya adalah orang-orang berkualitas tinggi. Sekarang inilah yang harus umat Islam sadari dan upayakan agar mampu membangun peradaban Islam.
Karakter Ajaran Islam
Ketika umat Islam tidak memiliki kapasitas SDI yang memadai maka karakter ajaran Islam; rahmatan lil ‘alamin dan kaffatan linnas akan mengalami hambatan.
Karena dakwah menjadi sangat terbatas. Kekuatan ekonomi dan pendidikan juga tidak memadai. Akhirnya peradaban Islam terhegemoni oleh peradaban lain.
Padahal, kalau berbicara sains dan teknologi, dalam tataran sejarah umat Islam pelopor dan pengembangnya. Tetapi sekarang, umat Islam sebagian besar masih menjadi penonton setia.
Umat Islam belum bisa menjadi pemain dan benar-benar siap bermain. Akibatnya sumber daya alam menjadi arena eksplorasi umat dan bangsa asing. Umat Islam sekali lagi harus mengakui bahwa SDI-nya belum memadai.
Songsong Kemenangan
Oleh karena itu kalau umat Islam ingin menyongsong kemenangan masa depan, peningkatan kapasitas dan kualitas SDI adalah kunci jawabannya.
Dalam bahasa Pemimpin Umum Hidayatullah KH. Abdurrahman Muhammad, umat Islam harus menyiapkan SDI yang siap memasuki era dakwah inklusif.
Baca Lagi: Menatap Masa Depan dengan Kerapian Berpikir
Yakni umat Islam mampu dan terampil bahkan ahli dalam segala bidang penting kehidupan, sehingga dakwah dapat masuk secara efektif dan massif, yang pada akhirnya karakter utama ajaran Islam; rahmatan lil ‘alamin dan kaffatan linnas benar-benar dapat kita wujudkan bersama.*