Kalau kita ingin maju, hal yang sangat kita butuhkan adalah strategi. Begitulah Max Mckeown berbicara dalam buku “The Strategy Book”.
Judul kecilnya berbunyi: “Cara berpikir dan bertindak secara strategis untuk mencapai hasil terbaik”.
Saya sering bertanya ke dalam hati, apakah cara yang saya tempuh dalam bekerja, berkarya dan lain sebagainya adalah yang mengarah pada hasil terbaik atau tidak.
Strategi Senang Membaca
Mckeown kemudian menulis, “Strategi adalah tentang membentuk masa depan”.
Jadi, yang butuh strategi yang ingin membangun, membentuk atau menyusun masa depan.
Bicara masa depan, saya selalu ingat kisah Nabi Yusuf as. Ia hidup dengan keyakinan kuat bahwa dengan cita-cita mulia (mimpi) hidup akan terpola. Selain itu pikiran juga tetap pada kebenaran dan tindakan semakin mendekatkan pada realitas idaman.
Maka saya selalu berusaha menjadi orang yang gemar membaca. Tiga alasan menjadi dasar argumen.
Pertama, membaca perintah Allah. Jadi, kalau kita tidak mau menjadi orang yang baik dalam pandangan Tuhan, jangan tidak membaca.
Kedua, membaca tradisi para pembelajar. Oleh karena itu setiap hari saya berupaya mengembangkan cara membaca.
Mulai dari menjadikannya bahan tulisan, hingga menjadikannya sebagai bahan merenung untuk mengubah cara melihat sesuatu secara lebih dalam.
Ketiga, bangsa yang membaca bisa menjadi cahaya. Sebaliknya, bangsa atau orang yang tidak membaca, ia akan sulit memandang sekitar. Karena ia kehilangan cahaya, yang sebenarnya tinggal ia nyalakan sendiri.
Jadi, kalau ada yang masih enggan atau malah ogah dalam membaca, cobalah ubah strategi membacanya.
Dari cara membaca sebatas pengalaman sekolah menjadi membaca yang benar-benar membawa ide, gagasan dan mendorong diri melakukan tindakan dan kebiasaan baru. Lebih dari itu bayangkan, apa yang bisa kita lakukan pada masa depan, kalau bertahan tidak mau membaca.
Strategi Hidup
Seperti strategi membaca, begitu pula dalam hal strategi hidup. Max Mckeown mengatakan: “Strategi adalah jalan terbaik menuju tujuan yang diinginkan dengan sarana yang tersedia”.
Berarti siapapun bisa dan boleh mengambil strategi. Tinggal pastikan lebih dahulu, apa tujuan yang hendak jadi sasaran.
Kalau belum bisa punya tujuan besar, mulai saja dari tujuan kecil. Misalnya, hari ini saya harus mengubah waktu pagi saya. Dari biasa tidur menjadi aktif bergerak. Mulai sekarang saya akan berhenti menjadi pemalas.
Tujuan kecil itu akan merangsang kesadaran kita memandang diri dan kehidupan lebih progresif.
Tapi kalau orang hidup tanpa tujuan, jangankan orang lain, Nabi sekalipun (seandainya sekarang ada) tidak akan bisa mengubah hidupnya.
Allah memberi ilustrasi menarik dalam Alquran. Bahwa tidak mungkin Nabi membuat mendengar orang yang sudah mati (kesadarannya). Dan, juga mustahil menjadikan merespon seruan kebaikan orang yang pendengarannya tuli.
Dalam kata yang lain, milikilah tujuan dan komitmenlah mewujudkannya. Hanya dengan kesadaran itu kita akan merasa butuh terhadap strategi. Karena tidak mungkin kita mau hidup dalam kondisi begini-begini saja. Mulai dari sisi kesehatan, finansial, sosial, dan puncaknya spiritual (Keislaman).*