Hampir setiap hari ada saja orang yang bertengkar, entah suami dengan istri, anak dengan orang tua, termasuk para pengurus di dalam organisasi. Sebagian terjebak ego dan semakin merugi. Padahal sejatinya dari konflik kita juga bisa tumbuh.
Sebab hakikat konflik adalah medan yang memberikan setiap orang kesempatan berpikir mendalam, sehingga mengerti akar masalah dan tau jalan keluarnya.
Tidak heran kalau orang terdahulu mengatakan “Pengalaman adalah guru terbaik.”
Baca Juga: Memiliki Sikap Tenang
Artinya kita harus melihat konflik sebagai cara tumbuh, menjadi lebih dewasa, bijaksana, peduli dan berani.
Memahami
Konflik dalam kehidupan manusia adalah hal yang biasa, tak satupun orang hidup yang tak berhadapan dengan konflik.
Para Nabi dan Rasul pun ada musuhnya. Manusia mulia itu juga bertemu konflik.
وَكَذٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِىٍّ عَدُوًّا
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh.” (QS. Al-An’am: 112).
Artinya jangan berharap hidup ini akan “baik-baik saja.”
Tugas kita sekarang adalah memahami bahwa konflik itu harus kita taklukkan. Bukan jadi kolam renang yang kita terendam dan terlena dalam konflik itu sendiri.
Oleh karena itu mengerti apa akar masalah dari sebuah konflik merupakan 50% jalan penting untuk menemukan jalan keluarnya.
Solusikan
Konflik, bagaimanapun kecilnya harus segera ada usaha untuk memadamkannya, apalagi kalau konflik mulai menghambat produktivitas diri dan tim.
Baca Lagi: Menulis itu Mencipta
Perbanyak untuk memahami, mendengar, menyimak agar selamat dari kesalahpahaman.
Umumnya penyebab konflik terjadi karena kurangnya informasi dan ketergesa-gesaan dalam memberikan respon.
Jika konflik itu terjadi dalam sebuah organisasi maka kuatkanlah disiplin organisasi.
Masing-masing pengurus melihat, apakah sudah layak dirinya menjadi teladan bagi yang lain. Jika belum, hindari untuk menegur apalagi mengkritik orang lain, itu akan memperbesar api konflik.
Kemudian jadilah pendengar yang aktif. Sembari tetap berlatih menjadi pribadi yang tegas.
Secara manajemen, pengurus perlu membuat yang namanya grievance procedure, yakni prosedur penyelesaian konflik, sehingga tidak ada konflik berlarut apalagi jadi bom waktu.
Dari dimensi akhlak, kalau konflik tidak bisa dihindari, maka perhatikan hubungan baik dan perintah Allah, yakni jangan berpecah belah.
Artinya, memprioritaskan kebaikan yang kita perlukan dan yang menjadi perintah Allah harus jadi arus utama kesadaran setiap pengurus. Dan, paling inti, berhenti menyalahkan satu sama lain.
Sehebat apapun kalimat seseorang kalau itu menyalahkan yang lain, yang akan muncul setelah kalimat itu terlontar hanyalah kalimat serupa yang menyerang diri Anda sendiri.
Belajarlah menghargai, posisikan orang lain seperti diri kita, sehingga kita bisa melakukan tindakan mengerem perilaku buruk terhadap sahabat sendiri.*