Setiap mentari “baru” menyapa bumi, tugas kita adalah satu, bersemangat menyambutnya. Bersemangat untuk mengisi waktu dengan sekian rencana kebaikan pada hari itu. Minimal sampai matahari terbenam, kita tak pernah kehilangan energi.
Bersemangat bisa berarti kita punya rencana dan menjalankan rencana itu secara sungguh-sungguh.
Hal itu akan mencegah seseorang terkena kecemasan, wajah murung dan optimisme yang menipis. Sebaliknya ia akan terus bergairah.
Apa yang bisa membuat kita punya semangat? Tidak lain adalah iman, mimpi dan pengetahuan.
Sebab dalam pandangan Martin Luther King, orang yang diam (tidak bersemangat) akan segera bertemu garis finish dalam melakukan kebaikan.
Baca Juga: Berbagi Kebaikan dengan Ide dan Gagasan
“Hidup kita akan mulai berakhir ketika kita diam terhadap hal-hal penting.” Begitu Luther mengatakan.
Jadikan Nyata
Orang yang punya semangat pasti punya ide. Sebagian orang punya ide tapi tak punya semangat. Akibatnya ia menjadi pasif bahkan apatis.
Kalau kita punya ide, apalagi itu baik, maka susun jalan agar ide itu menjadi nyata.
Temui orang yang relevan, diskusilah bersama mereka, dan terima masukan yang baik. Jika kemudian ternyata ide itu bisa menyatu dalam balutan sinergi pemikiran, maka langkah mewujudkannya akan lebih mudah.
Akan tetapi sebelum berbicara tentang mengajak, kita sudah harus menanam modal penting, yakni integritas yang masyarakat akui.
Karena seorang yang kemarin mengatakan A lalu hari ini telah berubah menjadi B, sebagus apapun idenya, akan tertolak secara otomatis.
Jadi, bangun, bergeraklah, temui orang-orang, berdiskusi dan saling menghargai.
Niatkan Karena Allah
Sebenarnya banyak orang punya ide, gagasan, kemudian mengajak teman berbincang. Namun, ia mudah lemah mentalnya saat orang lain tak menyambut apalagi tak melakukan.
Ingat, tugas kita bersemangat dalam hidup ini karena kita niatkan semua kebaikan karena Allah.
Kalau sudah karena Allah, maka kita tidak berharap orang yang mendengar ide kita yang bekerja. Tetapi kita sendiri yang harus terdepan mewujudkannya.
Pernah ada seseorang yang tekun diskusi. Kemudian yang punya gagasan merasa cukup idenya telah didengarkan orang lain.
Kemana-mana orang yang punya gagasan ini mengatakan, saya sudah diskusi sama A dan ternyata ia tidak melakukannya.
Sadar, ide kita bukan orang lain yang wajib melakukannya. Tetapi kita sendiri yang harus mengejawantahkan dengan sungguh-sungguh.
Kalau kita ingin dukungan sesama, maka dukunglah orang lain dengan kekuatan yang kita miliki. Hidup ini bukan soal menerima semata, tetapi memberi dan menerima sekaligus.
Baca Lagi: Menulis sebagai Pembangkit Semangat
Lebih jauh, ide yang belum direspon oleh orang, jangan kita patahkan dengan realitas orang yang tak mendukung. Tapi terus pupuk, rawat lebih kuat, dan ingat, semua itu kita lakukan hanya karena Allah.
Sebuah amal yang tidak karena Allah, pasti akan mudah patah dan sirna.*