Home Kisah Tingkatkan Tema Obrolan
Tema obrolan menunjukkan mindset dan daya baca

Tingkatkan Tema Obrolan

by Mas Imam

Suatu kala, tepatnya siang hari, saya tiba-tiba begitu haus untuk membaca. Saya pun berjalan sembari melihat-lihat semua sisi ruangan kiranya ada satu buku yang bisa kubaca. Bagiku membaca adalah cara terbaik agar tema obrolan terus meningkat.

Akhirnya atas pertolongan Allah, bertemu dengan Kitab karya As-Sa’di. Sayang saya tidak sempat mengingat surah dan ayat berapa sebuah penjelasan beliau uraikan.

Boleh jadi karena penjelasan beliau sangat memukau bagiku. As-Sa’di menuliskan satu kalimat yang sangat mendalam.

“Sesungguhnya umat, selagi masih hina dan tertindas, maka tidak akan dapat mengambil haknya, tidak akan bisa membicarakannya, dan permasalahan agama dan dunianya tidak akan tegak dan mereka tidak akan memiliki kepemimpinan di dalamnya.”

Saya menggarisbawahi kata hina dan tertindas. Satu di antara arti tertindas adalah disengsarakan.

Baca Juga: Diskusi Indah Lintas OKP

Saya pun melihat fenomena yang umum terjadi dimana kebanyakan orang dalam setiap obrolan, kerapkali tidak bisa menghindar dari kalimat-kalimat keluhan. Dari awal pembicaraan hingga akhir isinya masalah semua, sampai-sampai ia lupa bersyukur lantas berbahagia.

Dan, ini berarti orang tertindas ada dua jenis. Satu tertindas dalam arti maknawi. Kedua, tertindas dalam konteks mindset. Ketika mindset sudah tertindas, maka tidak akan ada superioritas di dalam diri seseorang.

Dalam bahasa Ibn Khaldun itu biasa dialami oleh bangsa yang begitu lama terjajah dan teraniaya. Biasanya bangsa seperti itu akan mengagumi bangsa yang menjajahnya, melihat lebih unggul, lebih baik dan selalu ingin ditiru.

Salah Baca

Ngobrol itu bisa diskusi bisa seperti biasa, intinya harus bertema manfaat

Ngobrol itu bisa diskusi bisa seperti biasa, intinya harus bertema manfaat

Pada dasarnya orang akan bicara berdasarkan apa yang dia lihat, dia rasakan, dan dia dengarkan. Pendek kata apa yang dia baca. Namun, tidak semua aktivitas melihat itu membaca.

Seekor kucing yang berjalan di tepi sungai akan berusaha tidak kecebur ke sungai. Kucing itu melihat tapi tidak berarti dia membaca. Dalam makna ini, orang yang benar-benar membaca, tema obrolannya akan meningkat dan tidak begitu-begitu saja.

Karena dalam setiap aktivitas membaca ia melakukan penalaran dan pemaknaan, sehingga hal yang dalam pandangan permukaan orang pada umumnya biasa-biasa saja, baginya itu adalah satu fakta yang unik, menarik dan mengagumkan, sehingga lahir kalimat “Subhanallah” dalam hati maupun lisannya.

Akan tetapi, tidak semua penalaran dan pemaknaan akan sampai pada kesadaran Ilahiyah. Mereka yang tidak menyertakan bismirabbik dalam aktivitas penting itu sangat mungkin mengalami yang namanya salah baca.

Contoh, orang Eropa tidak mau menikah dan berkeluarga, itu beban, mengekang dan bikin hidup tidak enjoy.

Setelah beberapa puluh tahun dilalui, mereka tercengang dengan pilihan hidup mereka, terutama ketika satu fakta menganga di depan matanya, mereka kekurangna generasi penerus, tidak banyak generasi muda yang dominan malah generasi tua. Jika diteruskan, maka jelas, kepunahan akan tiba.

Itu artinya salah baca. Bandingkan dengan Islam yang memerintahkan umatnya membaca dengan bismirabbik, mereka menikah, mereka berkeluarga dan dinamika keluarga adalah sarana mendulang pahala. Jadi, tidak ada sejarah umat Islam akan kekurangan generasi penerus.

Obrolan

Kembali ke obrolan, kalau secara mindset bangsa ini masih tertindas, maka selamanya tema obrolan harian masyarakat bahkan televisi di negeri ini tidak akan pernah berubah. Isinya gosip, lawakan yang tidak mendidik, serta beragam hal yang tidak memberi manfaat.

Tetapi, kalau sadar bahwa diri harus segera bangkit dari ketertindasan mindset, maka insha Allah aktivitas sehari-hari akan lebih terarah dan produktif. Bahkan bicaranya pun, obrolannya pun, kalau pun soal masalah ia bisa menghadirkan perspektif menuju solusi. Bukan kebosanan dan caci maki.

Baca Juga: Indonesia 2045 Kayak Apa?

Pesan As-Sa’di kalau pun kita masih tertindas, tapi sudah sadar kalau tertindas, maka langkah terbaik adalah segera bangkit, jangan malas, jangan kehilangan semangat juang.

Perbanyaklah menemukan solusi bagi permasalahan yang kita hadapi. Setidak-tidaknya jangan tunduk pada masalah, tapi tunduklah kepada Allah yang Maha Memberikan Solusi. Kalau Indonesia 2021 belum ideal, ayo obrolin bagaimana 2024 Indonesia hebat dan 2045 Indonesia bersinar di seluruh dunia dengan gagasan dan keteladanan yang unggul.*

Mas Imam Nawawi_Ketua Umum Pemuda Hidayatullah

Related Posts

Leave a Comment