Selepas Maghrib (14/2/24) anak ketiga bertanya kepadaku. “Mengapa Abah selalu membaca. Memang untuk apa membaca, Bah?”
Setelah saya memberikan jawaban, anakku yang suka eksperimen kamar dan mainannya itu, langsung semangat membaca. Ia bahkan memeluk buku ukuran A4 yang telah dibacanya hingga terlelap.
Dalam hati saya bersyukur dan berdoa semoga mereka (anak-anakku) tumbuh menjadi anak Indonesia yang gemar membaca, yang menjadi salah satu person dengan manfaat luas di masa Indonesia Emas 2045.
Pertanyaan Penting
Pertanyaan anakku itu sebenarnya simpel. Akan tetapi itulah pertanyaan penting.
Baca Juga: Ketika Pemimpin Buta Batin
Betapa banyak orang tidak melakukan sesuatu hanya karena mereka tidak tahu, apa manfaat yang akan mereka peroleh kala melakukannya.
Sekalipun, dalam hal membaca, rasanya semua orang tahu, membaca itu penting dan kaya manfaat.
Akan tetapi, kalau ia tidak bertanya, untuk apa membaca, maka ia akan sulit untuk segera memulai aktivitas membaca.
M. Natsir itu rajin membaca dan menulis, karena ia banyak bertanya, berguru, bahkan berdebat dengan A. Hassan. A. Hassan adalah sosok ulama, cakap dalam menulis, dahsyat dalam orasi.
Dan, tokoh-tokoh penting dalam sejarah umat manusia, adalah para pembaca, yang mereka memiliki keahlian, bahkan mereka mewariskan pemikiran-pemikiran mereka.
Sebut saja Buya Hamka, M. Natsir, Soekarno dalam konteks Indonesia. Kemudian kita bisa kenal nama Imam Ghazali, Imam Nawawi, Imam Syafi’i dan seterusnya. Mereka adalah orang yang sepanjang hayat tidak pernah lepas dari aktivitas utama, yakni membaca.
Jawabanku
Lalu, apa jawabanku terhadap pertanyaan anak yang kini masih SD itu?
“Anakku, membaca itu untuk taat kepada Allah. Karena perintah pertama Allah kepada kita melalui Nabi Muhammad SAW adalah gemar membaca. Dengan aktif membaca kita bisa bernalar dengan baik. Memahami segala sesuatu sebagai bukti kebesaran Allah SWT.”
Saya meneruskan jawaban perihal untuk apa membaca itu. “Dan, anakku, Allah tidak menyukai orang yang hidup, menikmati seluruh ciptaan Allah, mulai oksigen, air, makanan, dan segala kebaikan dalam hidup, lalu ia tidak berpikir bahwa dirinya harus bersyukur kepada-Nya.”
Baca Lagi: Membaca Penting Membaca Asing
“Oleh karena itu, rajin dan tekunlah membaca. Siapa membaca ia akan memiliki prinsip dalam hidup. Ia akan selamat dari keragu-raguan. Dan, orang yang membaca dengan niat karena Allah, akan selamat dari jalan kesesatan,” tuturku lebih lanjut.
Anakku mendengar dengan baik. Tak ada kata yang diucapkan. Tapi segera ia bertindak, membaca buku dengan semangat baru. Alhamdulillah.*