Home Kajian Utama Tidak Ribet Begini Tugas Jelas Pemimpin

Tidak Ribet Begini Tugas Jelas Pemimpin

by Imam Nawawi

Menjadi pemimpin sebenarnya sedang membawa amanah berupa tugas memastikan kebaikan. Kebaikan itu ialah berlangsung dan terpeliharanya kemaslahatan dalam kehidupan ini. Baik pada ranah keluarga, RT, bahkan negara.

Ketika dunia menerima demokrasi sebagai cara relevan untuk menghasilkan pemimpin kelas negara, wilayah dan daerah, sistem ini tidak benar-benar independen.

Hal ini bisa kita lihat dari hasil pemilu yang pada beberapa bagian cenderung menghasilkan pemimpin yang tidak memahami tugas jelasnya sebagai pemimpin.

Banyak faktor mengapa itu terjadi. Mulai dari sisi modal kampanye, partai pendukung dan orang-orang yang memberikan support dengan syarat asal pretensinya nanti dapat terlaksana.

Baca Juga: Menghadirkan Pemimpin Adil

Akibatnya pemimpin terkondisi buta dan lupa serta tuli dari tugasnya yang teramat jelas, yakni menghadikran kebaikan dan kebenaran serta kemaslahatan dalam kehidupan.

Pandangan Ali ra

Ali bin Abi Thalib ra berkata, “Celakalah pemimpin di bumi (mendapat murka) dari Sang Penguasa langit ketika ia melemparnya.

Kecuali ia bertindak adil, menegakkan hukum, tidak dengan hawa nafsu, tidak condong pada kerabatanya, tidak mengganti hukum karena takut atau kerakusan, tetapi ia menjadikan kitabullah sebagai cerminan, menancapkan mata padanya, dan merujuk semua hukumnya kepada Alquran.”

Ungkapan Ali ra itu oleh Imam Al-Ghazali dikutip dalam kitabnya “At-Tibru Al-Masbuk fi Nashihati al-Muluk.”

Perkataan sahabat Nabi SAW itu dapat kita jadikan alat menimbang dengan tegas, apakah pemimpin masih layak ataukah pemimpin telah kehilangan kesadarannya mengapa ia memimpin.

Ketika tindakannya mencerminkan keadilan, menegakkan hukum dan benar-benar berorientasi pada maslahat, maka pemimpin itu masih sadar dan ingat.

Menyiapkan Pemimpin

Karena tidak semua pemimpin adalah pemimpin dalam pengertian mengerti tugas jelasnya seperti kata suami Sayyidah Fathimah itu, maka tugas utama masyarakat adalah menyiapkan pemimpin.

Menyiapkan dalam konteks ini tidak sama dengan bersiap-siap untuk keberangkatan suatu perjalanan.

Sebagaimana perintah pertama dan utama dalam Islam, yakni Iqra’ Bismirabbik (membaca dengan basis iman) maka lihatlah dari semua kandidat yang ada, apakah memiliki kriteria, kapasitas dan komitmen untuk tidak lupa akan tugasnya yang jelas sebagai pemimpin.

Ketika ini jadi kesadaran, maka kampanye, penggiringan dan pembentukan opini melalui media atau pun media sosial sama sekali tidak akan berpengaruh bagi rakyat. Karena yang penting adalah kerja nyatanya ada atau tidak.

Masyarakat harus tahu, kamera itu bagus, tapi framenya sangat terbatas. Manakala ada orang menilai pemimpin hanya dari sumber kamera, maka ia terjebak pada satu frame belaka. Ia tidak melihat realita apa-apa sesungguhnya.

Kita masih memiliki kesempatan untuk itu. Sebagian mungkin merasa seakan telah terlambat. Tapi tidak mengapa.

Baca Lagi: Bekal Memimpin Biar Gak Kacau Negara

Mikael Krogerus dan Roman Tschappeler dalam “The Decision Book” menulis, “Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Namun, lebih baik tidak pernah terlambat sama sekali.”

Artinya kalau ingin masa depan umat, rakyat, bangsa, agama dan negara menjadi lebih baik, memulai hari ini dengan menyiapkan pemimpin yang sadar tugasnya dengan jelas, harus kita lakukan sendiri dan mandiri. Tanpa pengaruh apapun yang tidak memudahkan kita menetapkan pilihan dengan haqqul yakin.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment