Mas Imam Nawawi

- Artikel

Tetap Membakar Semangat Diri, Strategi Ampuh Hadapi Masalah

Kalau ada yang bisa kita bakar, selain sampah, maka itu adalah semangat dalam diri sendiri. Seperti mesin otomotif yang membutuhkan bahan bakar, begitu pula diri kita terhadap semangat, perlu kita bakar (kobarkan). Membakar semangat dalam diri merupakan hal yang tidak mudah. Buktinya simpel. Coba perhatikan, dalam sehari berapa kali kita bertemu orang, entah itu teman […]

Tetap Membakar Semangat Diri, Strategi Ampuh Hadapi Masalah

Kalau ada yang bisa kita bakar, selain sampah, maka itu adalah semangat dalam diri sendiri. Seperti mesin otomotif yang membutuhkan bahan bakar, begitu pula diri kita terhadap semangat, perlu kita bakar (kobarkan).

Membakar semangat dalam diri merupakan hal yang tidak mudah. Buktinya simpel.

Coba perhatikan, dalam sehari berapa kali kita bertemu orang, entah itu teman atau kolega. Kebanyakan dari mereka mungkin lebih sering membicarakan masalah. Akibatnya mereka kehilangan gairah, tidak bersemangat. Dan, yang paling rugi tidak mengetahui jalan keluar dari masalah itu.

Orang yang bersemangat, kalau dalam buku Sufi Psychology, mengutip ungkapan Syekh Muzaffer, tangannya selalu sibuk melakukan pekerjaan duniawi (penuh manfaat), dan hatinya sibuk mengingat Allah.

Dalam kata yang lain, kalau ada orang, atau mungkin diri sendiri, sedikit beramal dan hati penuh akan ambisi dan angan-angan, satu alamat (indikasi) diri sedang berada dalam kondisi kurang semangat.

Kurang semangat membuat diri malas berpikir, terseret dalam lingkaran masalah. Akibatnya kepandaiannya tidak tumbuh, ceritanya pun berputar hanya pada soal mempermasalahkan problem. Tidak bisa menemukan jalan keluar.

Pendorong Kemajuan

Setiap orang pasti ingin mengalami kemajuan dalam kehidupannya. Baik dalam hal ekonomi, emosional maupun spiritual. Tetapi sayangnya kebanyakan orang hanya bisa mengukur kemajuan dari sisi material.

Baca Juga: Sistem Berpikir Jadi Eror Karena Judi Online, Mau?

“Kerendahan hati, kebaikan, dan empati akan mendatangkan lebih banyak rasa hormat daripada harga mobil,” begitu Morgan Housel menulis dalam karyanya: “The Psychology of Money.”

Menjadi bersemangat tidak berarti seperti orang yang melakukan satu kebaikan dengan cara berlebihan. Misalnya, tidak pernah membaca buku. Lalu mengambil buku dan menghabiskan 4 jam untuk membacanya. Saat ia menuntaskan mungkin ada rasa menang. Tetapi apakah dia bisa melakukan itu esok, lusa dan seterusnya?

Artinya membakar semangat dalam diri bisa tentang bagaimana muncul semangat terus berjuang menjadi rendah hati, punya empati, sehingga karya yang akan dihasilkan dapat memberi dampak kebaikan bagi orang lain.

Oleh karena itu semangat yang utama kita bakar dalam diri kita adalah bagaimana disiplin ibadah. Orang yang tekun beribadah, kemudian juga senang dengan ilmu, akan mudah menjadi pribadi yang rendah hati.

Cobalah untuk fokus pada kemajuan hati seperti itu. Seperti kata Theodore Roosevelt dalam buku “Hidup Ini Singkat Jangan Dibuat Berat” karya Dale Carnegie. Yakni: “Saya tidak peduli pikiran orang lain terhadap perbuatan saya, tetapi saya sangat peduli untuk memikirkan perbuatan saya. Itulah karakter.”

Jadi, bersiaplah untuk terus melihat ke dalam, mengevaluasi pikiran, ucapan dan tindakan diri sendiri. Karena itulah yang benar-benar menguntungkan. Sebab itu akan mendorong kemajuan diri menjadi lebih bersemangat dalam melakukan kebaikan-kebaikan.

Tuntaskan

Masih dalam buku Dale Carnegie ada satu saran penting untuk mengalami kemajuan diri: “Menuntaskan satu tugas sebelum memulai yang lain.”

Baca Lagi: Masalah Bukan Bencana, Tersenyumlah!

Sebagian orang memiliki banyak keinginan. Tetapi tugas dan tanggung jawabnya yang tidak banyak, bahkan mungkin hanya 1 urusan, tidak benar-benar mampu ia tuntaskan dengan baik.

Kalau ada evaluasi, yang pertama dalam benaknya berkecamuk adalah alasan apa yang relevan untuk diajukan.

Mungkin ia “selamat” dalam forum evaluasi, tapi ia tidak akan pernah berhasil membakar semangat dalam dirinya. Seperti sebuah perencanaan perang yang gagal, bukan musuh yang terbakar, tapi dirinya sendiri yang hangus. Itulah akibat salah berpikir, salah memahami diri sendiri.

Jadi, mulai sekarang cobalah untuk mendalami diri sendiri. Lalu cek lebih cermat, pada posisi apa masalah yang datang. Apakah masalah itu merusak, mengganggu atau masalah itu sebenarnya bukan masalah.

Begitu kita tahu posisinya, kita akan tahu cara mengatasinya. Dan, saat ada orang lain bertanya bagaimana kita menghadapi masalah, kita bisa menularkan semangat atas dasar ilmu dan pengalaman. Bukan sebaliknya, ketika ada orang datang, bertutur tentang masalah, lalu kita respon dengan masalah demi masalah diri sendiri.

Jika 4 X 4 =16, maka bagaimana kalau masalah kali masalah?*

Mas Imam Nawawi

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *