Seberapa sering kamu mencatat, sebanyak itu kekuatan akan kita peroleh. Itulah pengetahuan yang terus menjadi pengalaman dalam hidup ini. Semakin tekun orang mengamalkan itu, kian bertambah kekuatan dirinya, baik secara intelektual, batin, maupun spiritual.
Sains memberikan petunjuk bahwa mencatat dengan pulpen bukan hanya soal menyimpan informasi. Tapi juga membantu otak memproses, memahami, dan mengingat materi lebih baik.
Finlandia yang dunia akui sebagai negara dengan sistem pendidikan jempolan mulai mengarahkan muridnya mencatat dengan pulpen.
Satu pemicunya adalah hasil penelitian. Yang ternyata menulis dengan tangan bisa bikin kita lebih mudah mengingat dan memahami pelajaran.
Catatanku
Saat libur panjang, saya suka memanfaatkan waktu luang untuk membaca atau melihat-lihat dan bahkan menonton film. Satu film yang saya lihat adalah Veva Sultan.
Dalam satu waktu, seorang guru yang begitu unggul kecerdasannya, begitu semangat ingin mendapatkan satu buku, karya Ibn Tufail. Namun, tidak beruntung, guru cerdas bernama Mustafa ketinggalan pembawa buku itu.
Dalam kondisi kesal, ia bertemu seorang wanita tua. Setelah berbincang, guru itu mengatakan maksudnya mengejar buku dalam karavan yang telah lama berlalu.
Namun, tampak tanpa empati, ibu tua itu berkata, bahwa orang yang cinta dunia itu ciri-cirinya selalu terburu-buru. Kemudian kalau gagal ia mudah marah.
Ternyata memang begitu, guru yang tak lama lagi akan dinobatkan sebagai Kepala Madrasah Sulthaniyah itu menjadi stres.
Dalam dimensi ilmiah, orang yang terburu-buru meningkatkan stres dalamd irinya. Tubuh mengeluarkan hormon stres yang namanya kortisol. Buruknya lagi, pemuda itu memandang orang lain buruk. Sebab buru-buru selalu berdampak pada hubungan sosial.
Berkah Mencatat
Saya bisa mengingat dialog dan adegan dalam film itu karena berkah mencatat. Dalam sebuah penjelasan, mencatat bisa membantu membentuk disiplin belajar yang baik. Memang terasa dalam hati, rasanya ingin membaca dan mencatat berbagai hal.
Memang, proses menulis manual mendorong pemikiran lebih lambat. Namun mencatat memberi hasil lebih mendalam, sehingga meningkatkan pemahaman.
Jika ingin bukti, coba saja teman-teman ingat, adegan atau dialog film yang pernah ditonton. Kalau memang sempat mencatat, sepertinya ingatannya akan bertahan panjang.
Imam Syafi’i memberikan nasihat jelas dalam perkara ini. “Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah ikatannya.”
Dalam kata yang lain, siapa banyak mencatat, ia memperoleh begitu banyak ikatan. Jika ikatan itu kita ibaratkan daging rusa, maka kita punya stok daging yang memadai. Itu artinya kita tidak akan lapar.
Nah, sekarang, penting kita membuat rencana, apa yang akan jadi catatan hari ini. Selamat mencoba, mengisi hari dengan mencatat semoga Allah berikan kita sehat dan kuat, termasuk dalam hal daya ingat.*