Betapa banyak orang berpandangan tentang sesuatu, sedangkan ia sendiri tidak memahami sesuatu itu dengan baik. Pendek kata, mereka gagal paham dengan yang mereka lihat dan komentari.
Sebagai contoh orang membenci seorang tokoh publik, figur atau pemimpin berprestasi, kemudian seenak diri memberikan label atau stigma negatif. Modusnya satu karena benci, iri dan dengki.
Biasanya apa yang ia sampaikan entah melalui ucapan atau status media sosial tidak menyertakan satu penalaran logis, hakikat dan bukti yang memadai. Akibatnya bukan menarik, malah bikin riuh.
Baca Juga: Indonesia Dibuat Bingung?
Lucunya, ketika penjelasan disampaikan oleh orang yang kompeten dan otoritatif, mereka tetap menolak, tanpa argumen dan kian menjadi-jadi dalam bersilat lidah.
Sikap itu adalah milik orang-orang yang suka mendustakan. Tidak tahu hakikatnya, belum bernalar dengan baik, gagal memahami bukti tapi langsung menolak.
“Sungguh, mereka telah mendustakan (Alquran), maka kelak akan datang kepada mereka (kebenaran) berita-berita mengenai apa (adzab) yang dahulu mereka mengolok-olok.” (QS. Asy-Syu’ara: 6).
Khalid Abu Syadi dalam bukunya “Kita Pasti Menang: 60 Motivasi Alquran dan Hadits Bagi Orang Beriman” menerangkan maksud ayat itu.
“Mereka menolaknya karena tidak mengetahui hakikatnya. Seandainya mereka mengetahui hakikatnya, maka mereka pasti waspada terhadap hal-hal tersebut.”
Poin Penting
Dengan demikian orang-orang gagal paham dapat kita identifikasi dengan mudah menurut apa yang Alquran sebutkan.
Pertama, suka mendustakan. Yakni satu sikap yang pokoknya menolak. Entah sesuatu itu benar secara makna atau pun fakta.
Kebencian menjadikan mereka tidak mau menerima kebenaran. Tambah iri dan dengki, jadikan mereka mudah terbakar emosi dan kian tumpul logika dan cara berpikirnya.
Kedua, senang sekali mengolok-olok kebenaran dan orang yang berada dalam kebenaran.
Karena mereka sukanya mengolok-olok kebenaran dan orang yang meyakini atau ada dalam jalan kebenaran itu, biasanya mereka suka memberikan label-label yang tidak patut dan tidak bisa mereka pertanggungjawabkan.
Dalam sejarah itu bisa kita amati dari cara orang-orang yang ingkar pada Nabi dan Rasul menuduh utusan Allah itu dengan sebutan tanpa bukti, seperti gila, tukang sihir, pendusta dan lain sebagainya.
Meladeninya?
Tidak ada cara tepat meladeni mereka selain terus menyampaikan hakikat dan bukti kebenaran. Terserah mereka mau merespon dan berikap seperti apa.
Baca Lagi: Pikiran Tentang Politik Perlu Kembali Dijernihkan
Kemudian fokus pada agenda yang penting, manfaat dan juga Allah ridhai. Hal ini lebih utama menjadi perhatian.
Selanjutnya ialah memperdalam ilmu hingga diri memahami bagaimana sebenarnya menghadapi orang-orang yang gagal paham itu tanpa harus kehilangan banyak tenaga, konsentrasi dan apalagi mengganggu fokus penting yang harus kita lakukan dalam kehidupan ini.*