Home Kajian Utama Tegas Membagi Waktu
Tegas membagi waktu

Tegas Membagi Waktu

by Mas Imam

Masalah utama seorang aktivis bukan lagi pada tataran digunakan untuk apa waktu, tetapi sejauh mana tegas membagi waktu.

Hal ini karena problem dan waktu kerja aktivis berbeda dengan karyawan atau profesional dalam beragam bidang. Jadi, harus benar-benar ada ketegasan, setidaknya agar apa yang telah terdeadline benar-benar dapat dituntaskan dengan baik.

Bukan saja urusan-urusan keaktivisan dan pencerahan umat, tetapi juga yang dimensinya ibadah vertikal, pembagian waktunya harus tegas.

Baca Juga: Kehancuran Besar, Kapan Terjadi?

Imam Adz Dzahabi menyebutkan bahwa Muhammad bin Bisyr Al-‘Akri dan selainnya berkata, telah bercerita pada kami Ar-Rabi’ bin Sulaiman, ia berkata, “Imam Syafi’i membagi waktu malamnya menjadi tiga: sepertiga malam pertama untuk menulis, sepertiga malam kedua untuk shalat (malam) dan sepertiga malam terakhir untuk tidur.”

Imam Adz-Dzahabi menyebutkan, “Tiga aktivitas beliau ini diniatkan untuk ibadah.”

Bagaimana dengan Sebagian Kita?

Sekalipun kaum Muslimin memiliki figur tak tertandingi, yakni Nabi Muhammad SAW kerap kali waktu masih dipandang remeh. Ini bisa dibuktikan dengan seringnya waktu luang digunakan untuk bermain game, main game bareng, bahkan fenomena seperti ini bisa menimpa milenial yang telah berumah tangga. Sebuah fakta sampai kepada saya ada sepasang suami istri yang kalau ada waktu luang, selalu digunakan untuk main game online bersama.

Akibatnya stamina tubuh tidak stabil, mudah mengantuk, gampang tidur, dan sering tidak konsentrasi penuh kala mendengar arahan-arahan penting.

Fenomena ini memang sudah sangat umum, sampai-sampai WHO pun menyatakan bahwa kecanduan game sebagai penyakit gangguan mental.

Baca Juga: Politik, Beras dan Jati Diri Bangsa

tegas dan baiklah dalam memanfaatkan waktu

waktu harus digunakan dengan baik dan tegas

Indikasinya kalau sudah ada gangguan kontrol untuk melakukan permainan tersebut, sudah tidak bisa mengendalikan diri. Kemudian tidak ada yang prioritas kalau ada waktu luang selain memainkan permainan, lupa dengan aktivitas yang seharusnya diutamakan. Selanjutnya intensitas bermain yang terus meningkat, 3 jam, 6 jam, hingga hampir setengah hari digunakan untuk bermain game. Puncaknya orang itu akan mengalami gangguan dalam interaksi dengan keluarga, sosial, pendidikan dan area penting lainnya.

Belajar dari Umar bin Abdul Aziz

Dalam penutupan Rapat Kerja Nasional Hidayatullah 20202 di Pesantren Hidayatullah Depok, Ketua Umum DPP Hidayatullah Dr Nashirul Haq, MA sempat menyebut kisah bagaimana waktu amatlah berarti dengan menukil kisah Umar bin Abdul Aziz.

“Kala itu, khalfiah yang merupakan paman dari Umar bin Abdul Aziz wafat. Umar yang merupakan penerus sang khalifah pun mengurus segala keperluan pemakaman. Singkat cerita, Umar merasakan lelah yang luar biasa.

Maka ia memutuskan untuk pulang dan berpesan kepada sang anak. “Nanda, kalau nanti ada yang mencari ayah, sampaikan ayah sedang istirahat (tidur).”

Sang anak ternyata sangat mengerti betul apa makna dan bagaimana seharusnya seorang pemimpin menggunakan waktu.

“Ayah, engkau adalah seorang khalifah. Apakah mungkin ayah akan tidur sedangkan umat membutuhkan. Kemudian siapa yang menjamin kalau nanti ayah akan bangkit dari tidur.”

Mendengar itu, sontak Umar bin Abdul Aziz tidak pernah tidur di siang hari guna menjalankan amanah kepemimpinan dengan sebaik-baiknya,” ulasnya.

Solusi

Agar hidup kita efektif dan memiliki arti, maka seseorang harus memiliki ketegasan di dalam membagi waktu.

Sebagai contoh, tidak melakukan aktivitas yang tidak perlu jika telah sholat Isya’ sehingga waktu Tahajjud bisa diisi dengan sebaik-baiknya.

Baca Juga: Belilah Dagangan Pencari Rizki yang Halal

Kemudian mengatur betul pola makan dan pola hidup sehingga badan fit untuk selalu berbuat kebaikan dalam kehidupan.

Termasuk langkah paling penting, cobalah menjaga jarak dari hal-hal yang kurang atau tidak bermanfaat. Jika berhasil sekali dan dua kali, maka berupayalah untuk meninggalkannya, seperti bermain game tadi.

Treakhir, jika ada waktu luang, gunakan sebaik-baiknya untuk menuntaskan kebaikan-kebaikan yang harus dilakukan atau manfaatkan untuk menambah iman, ilmu dan amal. Semoga Allah berikan keberkahan atas waktu yang kita jalani. Aamiin.

Mas Imam Nawawi Penulis Buku Sabar
Bogor, 16 Jumadil Awwal 1442 H

Related Posts

Leave a Comment