Home Kajian Utama Tegakkan Kepala Sesama dengan Gemar Memberi & Menolong
Tegakkan Kepala Sesama

Tegakkan Kepala Sesama dengan Gemar Memberi & Menolong

by Imam Nawawi

Pernah suatu waktu seorang ibu merasa rugi lantaran baru tahu bahwa barang yang semenit lalu dibelinya tidak perlu dibayar mahal. Namun ia sadar akan sebuah tausiyah bahwa membeli dengan harga yang lebih mahal, kalau itu membuat sang penjual pulang membawa kebahagiaan bagi anak dan istrinya di rumah, tidakkah kita bahagia?

Gus Baha bahkan memberikan dorongan kepada para orang tua, jika anak ingin jajan, berikan. Sebab jajan anak-anak itu membuat para pedagang kecil bisa menghidupi rumah tangganya.

Kalaupun tidak bisa sedekah, jajan dari anak-anak itu sudah menjadi bagian dari sedekah kita, karena dengan itu, para pedagang sekali lagi pulang dengan kepala tegak di hadapan istri dan anak-anaknya.

Lebihkan

Jika kita mendapati penjual yang sudah sepuh, entah ia menawarkan pisang atau singkong dan sebagainya, cobalah untuk membelinya.

Baca Lagi: Nilai Manusia ada Pada Konsistensinya

Kalau pas ada rezeki, tidak mengapa lebihkan, beri ia lebih dari harga yang ia sebutkan.

Termasuk kala menggunakan jasa ojol atau pun driver online. Terlebih kalau dia mau mengikuti kebutuhan rute kita tanpa ada protes darinya.

Berikan lebih yang membahagiakan. Yang kalau ia pulang, ia bisa membawa energi Ilahiyah di hadapan istri dan anaknya.

Ia mengetuk pintu dan membawa tentengan martabak atau lainnya karena kelebihan uang yang kita berikan.

Pasti anak dan istrinya akan tersenyum bahagia. Mereka akan merasakan Allah menyayangi mereka melalui tangan-tangan orang baik, termasuk kita.

Tidakkah itu membahagiakan bagi kita?

Beri dan Beri

Rasulullah SAW telah melihat sikap mental ber-Islam yang baik dari kaum Muhajirin dan Anshar. Oleh karena itu Nabi SAW selalu membuka kesempatan untuk memberi dan memberi.

Suatu waktu ada tamu Nabi SAW tiba. Nabi SAW menawarkan kepada para sahabat, siapa yang mau menjamunya.

Seorang sahabat angkat tangan, ia merasa punya makanan. Ternyata setelah pulang ke rumah dan berdialog dengan istrinya, makanan hanya tinggal untuk anak-anaknya.

Namun, suami-istri itu memasang strategi, anaknya harus bisa tidur lebih awal. Lalu mereka menjamu tamu Nabi SAW dalam kondisi tidak ada penerangan.

Hal itu memang pilihan mereka, sebab kalau ada penerang, maka tamu tidak akan makan, karena makanan yang ada memang hanya cukup untuk mereka.

Akhirnya sang tamu tidak sadar bahwa tuan rumah tidak ikut makan saat ia menyantap hidangan itu penuh lahap.

Keesokan harinya, Nabi SAW memanggil sahabat itu dan mengatakan bahwa Allah SWT tertawa (ridha) melihat sikap mental memberi dari suami istri itu. Sahabat itu adalah Abu Thalhah ra.

Baca Lagi: Proses Menjawab Hasil

Jadi, hikmah yang bisa kita jadikan karakter hidup ini adalah berusaha untuk selalu memberi, memberi. Menolong, membantu sesama. Jangan merasa rugi dalam melakukan itu semua.

Berikan yang bisa kita sampaikan. Minimal senyum, perkataan yang baik, serta akhlak dan perilaku yang baik kepada sesama.*

Mas Imam Nawawi

 

Related Posts

Leave a Comment