Home Artikel Tapaki Jalan Hidup Nabi Yusuf, Pasti Auto Bahagia
Tapaki Jalan Hidup Nabi Yusuf, Pasti Auto Bahagia

Tapaki Jalan Hidup Nabi Yusuf, Pasti Auto Bahagia

by Imam Nawawi

Semua orang Islam tahu, siapa Nabi Yusuf alaihissalam. Tetapi apakah setiap Muslim pasti mau menapaki jalan hidup Nabi Yusuf? Di sini kita perlu melihat lebih dalam.

Saat saya mondar-mandir membaca buku digital, akhirnya ketemu satu kalimat menarik.

“Orang yang berilmu, walaupun ditempatkan di mana saja, bahkan disingkirkan, suatu saat nanti ia tetap dapat menunjukkan ilmu yang dimiliki. Tetap akan memperoleh kembali ketenarannya.”

Kalimat itu relevan dengan nasihat guruku saat saya menjadi santri baru. “Emas tetaplah emas. Walau orang buang ke tong sampah, kalau memang tahu dia ada emas, ia akan mengambilnya. Sedangkan bangkai, sebagus apapun kemasannya, orang pasti akan membuang bangkai.”

Baca Juga: Tenang Bersama Allah, Sudah Tahu Caranya?

Dua penjelasan itu mengingatkanku pada sosok Nabi Yusuf alaihissalam. Sejak kecil menjadi objek penderita karena keahlian, ketampanan dan tentu saja kecerdasannya.

Sinar Nabi Yusuf

Nabi Yusuf itu tidak pernah hidup nyaman sejak kecil. Kakak-kakaknya membenci karena dengki kepada Nabi Yusuf.

Namun, konsistensi sikap dan akhlak, menjadikan Nabi Yusuf bersinar pada akhirnya. Allah pun menegaskan bahwa cerita tentang Nabi Yusuf adalah sebaik-baik kisah.

Peribahasa Lampung mengatakan, “Kiya nangun intan, kepak butahun delom litak kiti asa pagun ya mengkilat” (Jika memang intan, biar bertahun dipendam dalam lumpur, kalau sudah diasah tetap mengkilap).

Dari fakta ini kita bisa melihat bahwa keberhasilan seseorang dalam menjalani kehidupan ini bukan tergantung pada apa sikap orang lain kepada kita. Akan tetapi bagaimana kita menyikapi apapun dengan sudut pandang yang progresif.

Membaca

Perkara utama dalam Islam yang Allah perintahkan kepada Nabi Muhammad SAW adalah membaca.

Maka membaca adalah jalan terbaik mendapat pemahaman, pengetahuan dan pelajaran.

Mengapa Nabi Yusuf kuat mentalnya menghadapi semua cobaan hidup yang tidak ringan? Tidak lain karena ia terus membaca, sehingga tahu mana jalan kebahagiaan dan mana jalan rusak bagi masa depan.

Seperti Buya Hamka, ia tak tamat sekolah formal, namun jangan salah, ilmunya di atas profesor.

Baca Lagi: Menulis itu Mencipta

Ia belajar sendiri beragam ilmu dengan tekun membaca. Ia seorang otodidak yang berkelas. Hamka bahkan bergelar profesor dan doktor yang ia peroleh bukan dari empat dinding kelas di universitas.*

Mas Imam Nawawi

 

Related Posts

Leave a Comment