Sore ini (8/4) saya perjalanan Jakarta-Depok bersama Ust. Dr. Aziz Qahar Muzakkar, M.Si. Sejak putaran pertama ban Expander hitam yang kami naiki, diskusi berlangsung hangat. Temponya seperti air yang keluar dari dasar gunung. Lembut namun menyegarkan. Saya memulai dengan perlahan-lahan bertanya.
Sebagai orang yang pernah memainkan peran hidup sebagai jurnalis, saya tak bisa diam. Bukan dengan tingkah polah, tapi pertanyaan demi pertanyaan yang terarah.
Kata seorang filsuf, bertanya adalah gerbang untuk mendapat cahaya. Menjadikan pikiran penuh tenaga. Dan, mengubah perilaku menjadi mulia.
Beruntung Ust. Aziz berkenan menerima setiap lemparan penasaranku. Mulai tentang situasi global pasca tarif dagang AS hingga bagaimana China begitu massif dalam teknologi dan IT bahkan AI.
3 Jawaban dari Soal yang Kutanyakan
Ust. Aziz punya pengalaman hidup yang panjang. Sebagai pelajar, mahasiswa, aktivis, hingga senator di Senayan.
Saya pun melemparkan pertanyaan bagaimana mampu merawat jati diri dalam mengarungi hidup sebagai senator dari Sulawesi Selatan selama 3 periode.
Beliau memberikan 3 jawaban. Pertama, harus siap sejak dini dengan kultur ibadah yang baik. Kata pria kalem itu, ibadah adalah perisai yang baik untuk kesehatan mental, hati dan spiritual, bahkan intelektual.
Kedua, milikilah karakter atau budaya intelektual. Oleh karena itu, kaum muda mesti punya semangat tinggi dalam belajar. Tekun berlatih menginisiasi diskusi. Bahkan berani mengundang pakar untuk mengambil inspirasi.
Ketiga, hadirlah dalam komunitas yang dapat memberi dukungan berupa kontrol sosial. Kita tidak bisa hidup sendiri. Dalam teori sosial, manusia adalah makhluk sosial. Artinya, miliki circle yang memungkinkan kita tetap teguh dan bahagia dengan komitmen moral.
Paket Lengkap untuk Pemuda Hebat
Tiga jawaban itu kalau bisa jadi milik setiap anak muda, maka ia akan tumbuh menjadi pemuda hebat.
Pemuda hebat adalah sosok enerjik yang dia tidak melupakan Tuhan. Karena siapa lupa Tuhan, ia tengah terjebak rayuan setan. Waktunya akan sia-sia, pikirannya tak punya tenaga. Dan, kalau berkata-kata, seringkali menyiksa akal sehat.
Pemuda hebat juga yang punya budaya membaca dan diskusi yang tinggi. Ia tidak hanya tahu mata kuliah yang diikuti. Tapi juga paham arah kebijakan yang terjadi. Baik di dalam negeri maupun global. Anak muda tidak paham politik misalnya, jelas ia akan sangat merugi dan merugikan bangsanya.
Pada akhirnya saya merasa sangat istimewa hari ini. Bisa duduk, jalan bersama, dan berbincang dengan Ust. Aziz. Beliau laksana orang tua, yang tak bosan dan enggan mendewasakan pemikiran anak-anak muda.*