Home Artikel Tantangan Pemikiran Generasi Muda Islam
Tantangan Pemikiran Generasi Muda Islam

Tantangan Pemikiran Generasi Muda Islam

by Imam Nawawi

Tema tentang tantangan pemikiran generasi muda Islam ini terinspirasi dari artikel Prof Hamid Fahmy Zarkasyi yang berjudul “Liberalisasi Pemikiran Islam: Gerakan Bersama Misionaris, Orientalis dan Kolonialis.”

Bagi penulis “Miskyat” itu, tantangan fundamental umat Islam, termasuk generasi muda Islam adalah pemikiran. Bukan berupa ekonomi, politik, sosial dan budaya.

Baca Juga: Masih Muda Berpikir Dewasa, Mengapa Tidak?

“Tantangan pemikiran itu bersifat internal dan eksternal sekaligus,” tulisnya.

Dalam kata yang lain, kalau tantangan pemikiran generasi muda Islam bisa hadapi dengan baik, maka soal mendasar yang sebenarnya terjadi dapat benar-benar diatasi.

Setidaknya sudah tidak ada lagi anak muda Islam yang melihat Islam dengan kaca mata sekuler, liberal dan relativistik.

Contoh Kasus

Contoh dari adanya tantangan itu dan umat Islam belum bisa jawab adalah bidang ekonomi Islam.

Menurutnya, umat Islam kekurangan ulama pakar syariah yang mampu mengembangkan konsep-konsep ekonomi syariah sekaligus memahami ekonomi kontemporer.

Pada saat yang sama, mereka yang bergerak dalam bidang ekonomi pada sisi praktis telah mengadopsi sistem dan praktik ekonomi konvensional (baca: kapitalis), akibatnya kurang atau bahkan menolak syariah.

“Sementara itu praktik-praktik perbankan syariah, takaful, bursa syariah dan lembaga keuangan syariah lainnya tidak berdasarkan pada kajian ilmiah akademik dan metodologis di tingkat perguruan tinggi.

Sebaliknya kajian ekonomi Islam di pergruan tinggi tidak berkembang sepesat praktik-praktik ekonomi perbankan.

Jadi untuk mengembangkan sistem ekonomi Islam umat Islam terhadang oleh kondisi internal umat dan juga tantangan eksternalnya.”

Jalan Keluar

Memelajari kondisi itu maka sudah tergambar bahwa satu dari sekian banyak hal yang pemuda Islam harus lakukan ialah memahami dan menjawab tantangan pemikiran ini.

Dalam bahasa Ali Muhammad Ash-Shalabi pada bukunya “Fikih Tamkin” harus ada upaya untuk mengembalikan rasa percaya (diri) sepenuhnya pada Allah Ta’ala.

Artinya kaum muda Islam harus benar-benar memahami Alquran sebagai petunjuk, bimbingan, bahkan satu dasar lahirnya konsep-konsep ilmu dalam kehidupan konkret umat manusia.

Baca Lagi: Mengenal Imam Al-Mawardi

Kaum muda Islam harus mulai menata cara berpikir yang sesuai dengan nilai dan bimbingan Alquran. Langkah itu penting mengejawantah dalam semua aspek kehidupan. Termasuk berteknologi dan yang tak kalah mendesaknya ialah berekonomi.

Tentu ini bukan hal ringan. Namun ini juga bukan tantangan yang tak bisa kita hadapi bersama.

Kuncinya ialah dengan benar-benar membangun tradisi “Iqra’ Bismirabbik” untuk menata sistem berpikir diri benar-benar tunduk. Kemudian patuh, sujud dan dekat dengan kehendak Allah Ta’ala.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment