Home Hikmah Tangguh Hingga Titik Kesudahan
Tangguh Hingga Titik Kesudahan

Tangguh Hingga Titik Kesudahan

by Imam Nawawi

Tangguh hingga titik kesudahan ini adalah kesimpulan yang saya dapatkan usai membaca satu bab dalam buku “Shaidul Khatir” karya Ibn Jauzi.

Ibn Jauzi menuliskan, “Bala cobaan ada masa kesudahannya yang waktu rentangnya diketahui oleh Allah Ajja Wajal, maka orang yang mendapat ujian ini harus bersabar hingga masa bala ujian ini berakhir.”

Sabar adalah sikap memberikan respon tepat dan multimanfaat dari situasi yang jiwa manusia tidak menyukai.

Baca Juga: 3 Sebab Hati Gelisah

Dalam hal ini kita bisa belajar kepada Nabi Yusuf Alayhissalam. Untuk sampai pada mimpi terindah dalam hidupnya, ia harus rela “membayar” dengan cobaan demi cobaan. Tetapi karena tangguh berkat sabar dalam hatinya, titik kesudahan itu pun tiba. Akhirnya tibalah Nabi Yusuf pada hari yang Allah janjikan.

Tempaan

Sebagian besar orang, memandang ujian sebagai “kutukan.” Padahal melalui ujian itulah Allah dapat menilai iman, sabar, dan tentu saja ketangguhan jiwa seseorang.

Oleh karena itu kesadaran bahwa kesulitan, cobaan, masalah dan kondisi “buruk” adalah ujian dari Allah harus kita kuatkan.

Semata-mata agar langkah, respon dan sikap kita tetap stabil, menghadirkan kebaikan dan optimisme. Bukan sikap tidak terartur dan justru kontraproduktif.

Ibn Jauzi melanjutkan kalimatnya. “Kalau dia kalut (tidak sabar) sebelum waktunya (titik kesudahan tiba), maka kekalutannya ini tidak akan bermanfaat, karena meminta agar musibah segera berakhir, sementara ketentuan rentang waktunya masih berlaku, tidak akan membawa manfaat.”

Semakin Optimis

Memerhatikan ungkapan Ibn Jauzi tersebut maka sebenarnya jalan bahagia selalu terbentang dalam kehidupan siapapun.

Realitas, terlepas manusia anggap “baik” atau “buruk” pasti akan berubah dan berlalu. Sedangkan sikap seseorang atas realitas itu akan menjadi energi, modal, bahkan jejak.

Apabila sikapnya sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya yang karena itu lahir mentalitas ketangguhan, maka ia akan mendapat energi optimisme tinggi sebagai modal menyusuri masa depan dengan kebahagiaan.

Apabila sikap mental itu menjadi materi transformasi kepada generasi muda, maka itu akan jadi jejak kebaikan yang sangat indah.

Tetap Berdoa

Ibn Jauzi kemudian berpesan. “Maka yang wajib adalah bersabar. Meskipun doa itu disyariatkan, namun doa juga tak akan berguna tanpa adanya kesabaran ini.”

Sabar dalam hal ini yakin bahwa Allah mendengar dan pasti menjawab setiap doa yang kita panjatkan. Tetapi, kapan, itu urusan Allah, mutlak.

Jangan tidak sabar. Karena itu, kata Ibn Jauzi berarti seseorang ingin ikut campur terhadap Dzat Yang Mengatur (segala hal). Jelas itu buruk dan berbahaya.

Seperti kisah para Nabi dan Rasul, sebagian dari mereka sangat dekat dengan Allah, namun sebagian berdoa baru mendapat pengabulan setelah sekian waktu yang tidak sebentar.

Baca Lagi: 3 Bukti Seorang Hamba Bersyukur

Hal itu berarti, bahwa sikap tetap optimis dan tetap berdoa adalah tindakan tepat, perlu dan yang paling penting, Allah suka jika seorang hamba berdoa kepada-Nya. Itulah sikap tangguh sampai titik kesudahan.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment