Home Artikel Takut yang Benar dalam Kehidupan, Yang Bagaimana?
Takut yang Benar dalam Kehidupan yang Bagaimana

Takut yang Benar dalam Kehidupan, Yang Bagaimana?

by Imam Nawawi

Manusia takut sebenarnya wajar, itu bagian dari fitrah. Tetapi bagaimana kalau ada ketakutan dalam hidup yang menjadi pijakan dalam berpikir dan bertindak?

Kalau takutnya kepada Allah dan dalam kadar yang tepat, maka hal itu sebuah kebenaran.

Baca Juga: Gangguan Mental Akibat Pandemi

Takut itu dalam bahasa Alquran adalah “khauf.” Yang artinya reaksi emosional yang mucul karena dugaan yang hadir akan kebinasaan, bahaya atau gangguan yang akan menimpa diri.

Namun sikap khauf biasanya akan melahirkan kesabaran, jika kembali pada prinsip dasar semua karena iman.

Prinsipnya khauf yang kita harapkan adalah yang mengundang ketaatan kepada Allah, kehati-hatian dalam bertindak, sehingga senantiasa dalam ridha Allah.

Takut yang Salah

Takut ada yang salah, yaitu ketakutan karena pertimbangan rasio semata. Yang karena itu ia menjadi kehilangan keberanian bahkan keyakinan kepada Allah Ta’ala.

Ketakutan itu biasanya berupa rasa khwatir tidak dapat rezeki yang cukup jika bekerja pada tempat yang baik dan halal.

Dalam Al-Hikam, Syaikh Ibn Athaillah berkata, “Hendaknya engkau merasa takut jika kau selalu mendapat karunia Allah, sedangkan engkau tetap dalam perbuatan maksiat kepada-Nya. Jangan sampai karunia itu semata-mata istidraj dari Allah SWT.”

Jadi jangan salah, takut tidak dapat rezeki lalu mengambil jalan pintas dengan orientasi hidup hanya untuk sendiri, akan mereduksi fungsi diri sebagai khalifah di bumi.

Justru takutlah kalau harta melimpah tapi diri tidak taat kepada Allah. Ini istidraj, kata Syaikh Ibn Athaillah.

Ilmu yang Baik

Kembali kita mesti memerhatikan ungkapan dari Syaikh Ibn Athaillah.

“Sebaik-baik ilmu adalah yang disertai dengan rasa takur pada-Nya.”

Syaikh Abdullah Asy-Syarqawi menerangkan bahwa yang Syaikh Ibn Athaillah maksud ialah rasa takut yang melekat padanya pengagungan kepada Allah Ta’ala.

Baca Juga: Semakin Berani Akan Semakin Takut

“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama.” (QS Fathir 28).

Jadi, kalau diri mau takut, takutlah karena iman dan ilmu bahwa Allah Maha Kuasa, yang karena itu sikap diri kita selalu memilih taat kepada-Nya.

Seorang senior pernah saya tanya. “Apa inspirasi Ramadhan tahun ini?”

Beliau menjawab, “Berdoa. Ya, saya berdoa agar diri ini setia kepada Allah sebagai hamba dan khalifah Allah di bumi. Sebab sebaik-baik status adalah hamba. Dan, itu memang tujuan Allah menciptakan kita, yakni sebagai hamba,” tuturnya tegas.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment