Home Kajian Utama Tak Membaca Tak Membangun
Tak Membaca Tak Membangun

Tak Membaca Tak Membangun

by Imam Nawawi

Ulasan kita kali ini soal tak membaca tak membangun. Kita tahu orang yang membaca dengan yang tidak perbedaannya cukup jauh.

Najwa Shihab pernah berkata orang yang mau membaca akan memiliki visi, rasa percaya diri tinggi.

Sedangkan orang yang tidak membaca akan mudah diprovokasi, gampang sakit hati, kemudian mentalnya kelas teri.

Apakah itu yang saat ini sedang melanda banyak pejabat negeri? Kita tidak perlu lebih jauh ke soal itu.

Baca Juga: Langkah Membaca untuk Memahami

Satu hal yang pasti, kita punya kewajiban untuk membaca. Dalam Islam, ayat yang pertama Nabi SAW terima adalah perintah membaca, Iqra’ Bismirabbik.

AMS

Mungkin kita membenci Belanda karena pernah menjajah negeri ini. Tetapi ada sisi yang menarik dari Belanda, yaitu sistem pendidikannya.

Kala itu Belanda punya kebijakan yang membangun sekolah. Yakni Algemene Middelbare School (AMS) yang setara dengan Sekolah Menengah Umum (SMU) untuk saat ini.

Dalam sekolah itu setiap murid wajib mendaras minimal 20 sampai 25 buku karya sastra sepanjang mereka sekolah selama 3 tahun lamanya.

Jadi pantas kalau M. Natsir yang pernah belajar di AMS Bandung menjadi sangat cerdas dalam banyak hal. Bahkan ia semakin cerdas karena kecintaannya kepada bangsa ini.

Bahkan tugas membaca itu dilanjutkan dengan tugas menulis sebuah karangan setiap pekannya. Jadi, tidak heran kalau orang seperti Soekarno, Hatta, Ali Sosoamidjoyo dan M. Natsir sangat cerdas, lihai dalam membaca dan juga mengarang (menulis).

Hal ini karena membaca membantu orang mampu berpikir secara terstruktur. Kemudian menulis membuat orang memahami masalah lebih dalam dari orang yang sekedar membaca.

Penyakit

Lalu bagaimana dengan kondisi realitas bangsa saat ini?

Rocky Gerung prihatin, karena sekarang begitu banyak politisi yang tidak memiliki kecerdasan, bahkan hanya dalam hal tata bahasa alias berbicara.

Taufik Ismail selaku sastrawan negeri ini mengatakan bangsa ini tuna baca dan pincang menulis. Tuna baca artinya bisa membaca, tetapi tidak mau membaca. Kalau diminta menulis, hampir pasti tidak mau.

Prof. Hamid Fahmy Zarkasyi memandang generasi milenial akan masuk tragedi zaman, jika membaca tidak menjadi kegemaran. Dan, kondisi mereka yang tak mau membaca buku itu adalah kondisi generasi yang terkena penyakit.

Orang bisa membaca WA, FB berjam-jam lamanya. Tetapi 10 menit membaca buku, otaknya langsung lemah dan badannya langsung lemas, kemudian ngantuk dan tidur.

Baca Lagi: Sumber Ketenangan

Memiliki uang Rp. 100 ribu untuk membeli buku, terasa mahal. Tetapi ada Rp. 200 ribu untuk nongkrong di cafe, itu murah. Artinya, kata beliau, orientasi perut lebih besar daripada orientasi otak.

Dalam kata yang lain, Indonesia pun akan terjebak pada kemunduran bahkan kehancuran jika generasinya tidak mau membaca. Dan, bukankah dengan begitu, kalau kita tidak mau membaca, maka kita tidak sedang membangun apa-apa?*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment