Home Hikmah Tak Ada yang Sia-sia
Sia-sia

Tak Ada yang Sia-sia

by Imam Nawawi

Pagi itu Joko dipanggil sang ibu untuk segera sarapan. “Joko, sarapan sudah siap,” teriak sang ibu dari Dapur. Joko yang terburu-buru langsung melesat. Namun saat tangan kanannya memegang gagang tempat sayur. Seketika wadah sayur itu bergerak ke kanan dan berputar 180 derajat. Gagang sayur itu sudah longgar. “Yah, tumpah,” kata Joko dengan raut wajah menyesal sambil melihat sayur bayam yang membasahi lantai dapur. Namun, sang ibu tersenyum sembari bergegas membersihkan tumpahan sayur bayam itu. “Tak ada yang sia-sia, Joko,” ibunya berkata.

Cerita lain lagi datang dari seorang ayah. Ia merupakan guru. Usianya mulai masuk kepala 5. Melihat ada sarang hewan di bawah plafon rumahnya. Ia bergegas mengambil sapu.

Sayang, ia tidak berdiri menggunakan tangga. Tetapi berpijak pada kursi kerja yang beroda. Saat ia hendak menapakkan kaki usai menghalau hewan itu, roda kursi bergerak. Guru itu terjatuh. Beberapa hari kemudian, guru itu berkata, “Tidak ada yang sia-sia”.

Mengapa orang Islam selalu punya cara pandang yang konstruktif dalam melihat sesuatu, bahkan hal yang tampak menyulitkan seperti dua kisah itu. Tidak lain karena orang yang punya iman sadar, tak ada yang kebetulan terjadi di dunia ini. Ada yang mengatur dan mengendalikan semuanya.

Mustahil Sia-sia

“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula)….” (QS. Al-An’am: 59).

Ayat itu memberikan penjelasan kepada manusia bahwa semua terpantau. Bahkan jauh sebelum Allah memantau, ketetapan telah Allah putuskan. Dalam kata yang lain, tak ada yang mengejutkan bagi Allah SWT. Oleh karena itu tugas kita satu, pandai-pandai menemukan hikmah.

Lebih jauh, kalau kita kembali pada tujuan Allah menciptakan manusia, semua kejadian itu adalah untuk mengajak manusia berpikir dan berdzikir, sehingga totalitas lagi murni dalam beribadah kepada-Nya.

Kalau sayur tumpah, orang jatuh, itu sulit bagi seseorang memahami ada hikmah di balik peristiwa itu. Maka perhatikan perkara lebih besar, bagaimana matahari terbit dan terbenam setiap hari. Apakah itu sia-sia?

Orang pasti mengatakan, alam butuh matahari. Lalu terhadap kejadian kecil, mengapa kita sulit menghubungkan-Nya dengan kekuasaan Allah SWT?

Sayur yang tumpah, bisa berarti hikmahnya komunikasi antara ibu dan Joko harus berlangsung lebih baik. Sang Ibu tahu, gagang tempat sayur itu tidak kokoh. Tapi ketika Joko datang dengan anggapan tak ada masalah pada gagang tempat sayur itu. Keduanya menyaksikan sayur itu tumpah.

Tapi hebatnya, Ibu Joko tidak marah. Tidak marah itu sendiri adalah hikmah besar. Sang Ibu boleh jadi menyadari, Joko tidak salah. Karena memang Joko, tidak paham.

Orang yang jatuh itu, mungkin ada sakit dan biaya untuk berobat. Tapi ia semakin ingat dan berharap kepada Allah Ta’ala. Jadi, fix, ya, tak ada yang sia-sia.

Meski demikian, tak perlu ada yang berharap dirinya bertemu kesulitan. Karena Allah akan memberikan ujian sesuai batas kemampuan setiap orang. Nikmatilah hidup ini dengan kesadaran iman.

Jangan Sia-siakan

Oleh karena itu tugas kita iqra dengan benar, serius dan ajeg. Jangan sia-siakan waktu yang Allah berikan. Mesti ada amal yang kita lakukan secara konsisten. Kemudian jangan berhenti melatih diri dengan amal kecil yang membentuk karakter besar.

Disiplin shalat, terus berinfak, tadabbur Alquran. Semua itu perkara kecil. Tapi kalau kita tidak mau menyia-nyiakan waktu, hati ini akan lebih mudah untuk menjadi pribadi yang disiplin dalam membentuk keilmuan dan karakter baik dalam diri.

Sedangkan ketika orang tidak sadar itu semua perlu, maka besar kemungkinan mereka menghabiskan waktu untuk perkara yang tidak jelas faedahnya. Entah faedah kala bernafas di dunia. Lebih-lebih ketika di alam akhirat.

Kuncinya sederhana, kalau tidak ada yang sia-sia. Maka jangan pernah kita sia-siakan hidup ini. Berkata baik atau diam. Melakukan hal yang baik atau tidur. Kata Gus Baha, jika tidur bisa menyelamatkan diri dari maksiat, maka itu lebih baik. Tapi kalau bisa bicara dan melakukan yang baik-baik, jangan sia-siakan setiap kesempatan.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment