Mas Imam Nawawi

- Opini

Tak Ada yang Benar-Benar Mudah

Sebagian orang mungkin pernah mendengar ungkapan: “Setiap orang ada masanya. Dan, setiap masa ada orangnya.” Bagi saya itu adalah ungkapan bahwa kita tak boleh berhenti melangkah. Karena semua hal tak ada yang benar-benar mudah. Prabowo misalnya, sebagai presiden dia menghadapi begitu banyak tantangan. Bukan saja janji kampanye yang harus ia tunaikan. Problem masyarakat juga menuntut […]

mudah

Sebagian orang mungkin pernah mendengar ungkapan: “Setiap orang ada masanya. Dan, setiap masa ada orangnya.” Bagi saya itu adalah ungkapan bahwa kita tak boleh berhenti melangkah. Karena semua hal tak ada yang benar-benar mudah.

Prabowo misalnya, sebagai presiden dia menghadapi begitu banyak tantangan. Bukan saja janji kampanye yang harus ia tunaikan. Problem masyarakat juga menuntut bisa dia selesaikan.

Bayangkan dalam Maret 2025, penyaluran pinjaman online sudah mencapai angka Rp. 80,02 triliun. Itu artinya kemiskinan dan karakter masyarakat yang suka ambil jalan pintas dengan berutang harus bisa Prabowo atasi.

Tapi kenapa rakyat miskin? Problemnya kembali ke pemerintah. Mungkin lapangan pekerjaan terbatas. Sementara itu, Kemenaker mencatat telah ada 18.610 orang kena PHK pada dua bulan pertama tahun 2025.

Tapi itulah hidup. Semasa Prabowo menjadi presiden ia harus benar-benar bisa menjawab tantangan yang memang tidak mudah.

Jangan Mudah Menyerah

Menghadapi masalah itu, bagi Prabowo, bukan satu-satunya soal. Ia juga mendapat saran, kritik, bahkan mungkin aspirasi ketidakpuasan dari banyak pihak. Tapi sebagai pemimpin negara, Prabowo tak boleh menyerah. Sedangkan kita, yang mungkin baru memimpin diri sendiri atau memimpin keluarga, juga harus maju terus. Hadapi semua soal yang menyapa.

Ini tidak lain karena memang seorang pemimpin itu harus melakukan 7 hal mendasar. Seperti yang Simon Sinek uraikan dalam buku “Leaders Eat Last.”

Pemimpin itu harus berbuat lebih banyak. Berbuat itu bisa tindakan, pikiran dan tentu saja kebijakan.

Kemudian, pemimpin juga harus senang bekerja. Memanfaatkan waktu dan energi sebaik mungkin.

Dan, yang tak kalah penting, menyadari komitmennya kepada manusia. Bagi Prabowo, ya, seluruh rakyat Indonesia. Baik yang memilihnya atau tidak memilihnya.

Lebih jauh pemimpin harus mampu menjadikan setiap agenda dan programnya benar-benar menciptakan perubahan kondisi yang lebih baik. Untuk berhasil, pemimpin perlu bertindak laksana orang tua kepada anak. Penuh cinta dan kasih sayang.

Puncaknya, pemimpin harus mampu mendatangkan kesejahteraan bagi rakyatnya. Pemimpin yang gagal mensejahterakan rakyatnya adalah pemimpin buruk dalam masa kepemimpinannya.

Berjuang dari Sekarang

Karena memang tidak ada yang benar-benar mudah, utamanya dalam melahirkan pemimpin. Tugas kita jadi sangat terang dan jelas, segera berjuang melahirkan pemimpin dari sekarang.

Dunia ini adalah ladang, memang tepat. Siapa yang menanam, kemungkinan dia akan panen. Masalah besar bagi bangsa Indonesia kalau tiadk bisa menanam bibit unggul. Entah melalui pendidikan, keorganisasian, hingga pergerakan masyarakat.

Pemimpin yang terbaik adalah yang mensejahterakan rakyatnya. Tetapi pemimpin terbaik yang sangat hebat adalah yang ia bisa mewariskan pemimpin hebat untuk masa selanjutnya. Satu fase kepemimpinan yang layak kita pelajari adalah Khilafah Turki Utsmaniyah. Dari pendiri, Osman, hingga Muhammad Al-Fatih, penakluk Konstantinopel, semuanya adalah pemimpin yang teguh pada cita-cita.

Dan, sekali lagi, itu butuh perjuangan, komitmen dan kesungguhan. Karena soal kepemimpinan adalah perkara yang sangat tidak mudah. Tapi siapa bisa mencapai, dialah pemimpin sejati. Pemimpin yang memang pasti orang cerdas ikuti. Itulah Rasulullah Muhammad SAW.*

Mas Imam Nawawi

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *